Rabu 16 Apr 2025 16:19 WIB

Tarif AS Masih Jadi Sentimen yang Tekan Rupiah, Kini Berkutat di Level Rp 16.837

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS melanjutkan tren pelemahan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu (16/4/2025).  (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu (16/4/2025). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu (16/4/2025). Pengamat menyebut, tertekannya Mata Uang Garuda terjadi seiring dengan adanya proyeksi perlambatan ekonomi global, imbas kebijakan pengenaan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 10,50 poin atau 0,06 persen menuju level Rp 16.837 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (16/4/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah melemah ke Rp 16.826 per dolar AS. 

Baca Juga

“Investor terus berjuang dalam menemukan katalis untuk mendorong pemulihan yang lebih berarti, karena pertumbuhan global secara luas diperkirakan akan melambat seiring tarif AS, yang membahayakan perekonomian global,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Rabu (16/4/2025). 

Ibrahim mengatakan, Trump telah menaikkan tarif pada barang-barang China ke tingkat yang sangat tinggi, mendorong Beijing untuk mengenakan bea balasan atas impor AS. Perang dagang pun semakin intensif antara dua ekonomi terbesar dunia, yang dikhawatirkan pasar akan menyebabkan resesi global. 

Sebagai tanda lebih lanjut dari meningkatnya ketegangan, China telah memerintahkan maskapai penerbangannya untuk tidak menerima pengiriman jet Boeing lagi, sebagai tanggapan atas keputusan AS yang mengenakan tarif 145 persen pada barang-barang China, Bloomberg News melaporkan pada Selasa. 

Atas pemberlakuan tarif kumulatif 145 persen AS terhadap China tersebut telah memicu pungutan balasan dari Beijing sebesar 125 persen. 

Di sisi lain, data PDB menunjukkan ekonomi China tumbuh 5,4 persen (yoy) di kuartal I/2025, lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 5,2 persen. Adapun pertumbuhan PDB kuartal ke kuartal berada di angka 1,2 persen, sedikit meleset dari ekspektasi sebesar 1,4 persen. 

Angka PDB yang kuat muncul setelah serangkaian langkah agresif dari Beijing hingga akhir tahun 2024, saat pemerintah bergerak untuk menopang pertumbuhan ekonomi lokal. “Namun, angka PDB tersebut menutupi potensi hambatan bagi Tiongkok dari perang dagang yang sengit dengan AS, yang kemungkinan akan membebani pertumbuhan di kuartal mendatang,” terangnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement