REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Emas kian menjadi incaran bagi masyarakat sebagai aset safe haven, di tengah kondisi ketidakpastian global yang mendorong harga komoditas tersebut kian tinggi. Seiring dengan kondisi global yang masih gonjang ganjing, harga emas diprediksi akan semakin moncer ke depan.
Para perencana keuangan atau financial planner memberikan saran agar masyarakat memanfaatkan momentum harga emas yang saat ini sedang tinggi, yakni nyaris menyentuh angka Rp 1,9 juta per gram. Aksi jual emas dinilai sebagai peluang yang tepat bagi masyarakat yang memiliki kebutuhan dalam jangka pendek. Jika saat ini menjual emas yang dimiliki, tentu saja akan mendapatkan keuntungan yang cukup menggiurkan.
Namun, jika kebutuhannya lebih ke jangka panjang, lebih baik menahan dulu emas yang dimiliki, atau wait and see. Apabila menahannya dulu dengan meyakini bahwa harganya akan terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan, keuntungannya pun akan lebih besar ketika dicairkan.
Kedua-duanya bisa sama-sama menguntungkan, baik menjualnya atau tidak. Semua tergantung pada tujuan masyarakat dalam berinvestasi emas dan kondisi portofolio keuangannya.
“Kalau percaya bahwa misalnya geopolitik belum stabil di masa yang akan datang atau ketidakpastian ekonomi belum jelas, tidak perlu mencairkan emasnya (saat ini),” kata Financial Planner One Shildt Mohamad Andoko kepada Republika, Jumat (11/4/2025).
Menurut Andoko, tidak mencairkan emas pada saat ini meskipun harganya tinggi juga termasuk keputusan yang bijak jika tujuan berinvestasi emas adalah jangka panjang. Ia memprediksi harga emas dalam jangka panjang akan lebih tinggi.
Ia menyebut, biasanya harga emas akan naik ketika terjadi krisis atau resesi karena ketidakpastian global makin kentara. Contohnya pada saat pandemi Covid-19, terjadi kenaikan harga emas yang cukup signifikan dari 2019 ke 2020.
Adapun, kondisi saat ini, kekhawatiran terus mengiringi pasar atas berbagai dinamika geopolitik yang terjadi. Seperti perang Ukraina-Rusia, konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel, serta ketidakpastian China untuk melakukan invasi ke Taiwan.
“Karena ada ketidakpastian global maupun geopolitik, itu biasanya emas akan cenderung memberikan harga, dan kenaikan akan signifikan,” tuturnya.
Terlebih, lanjutnya, kondisi perang dagang akibat pengenaan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kian memperkeruh kondisi ketidakpastian ekonomi internasional. Kebijakan Trump tersebut nyatanya menimbulkan balasan dari berbagai negara yang tidak terima.
“Ketidakpastian global makin tinggi, otomatis akan ada inflasi. Emas itu dibutuhkan ketika ketidakpastian ekonomi sama inflasi yang tinggi biasanya. Apalagi sekarang dengan adanya permintaan dari bank sentral seperti bank sentral China dan India yang mulai beli emas sebagai cadangan devisa untuk mengurangi ketergantungan pada dolar,” jelasnya.
Di samping itu, lanjut Andoko, saat ini permintaan global terhadap emas fisik juga kian meningkat. Termasuk di Indonesia. Menurut pengamatannya, masyarakat kini semakin terliterasi dengan kebutuhan emas untuk investasi, sehingga penjualan emas laku di berbagai toko emas.
“Kesadaran masyarakat terhadap logam mulia juga semakin tinggi sekarang,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, investasi emas juga menjadi tren yang terus berkembang di masyarakat. Mengingat fungsinya sebagai aset lindung yang terbilang cukup kebal terhadap kondisi gonjang ganjing ekonomi global.
“Sekarang emas jadi salah satu tren investasi yang menarik dengan adanya ketidakpastian global maupun geopolitik, dan masyarakat juga lebih paham (emas) dibandingkan pasar modal misalnya. Sehingga mendorong peningkatan permintaan terhadap emas,” jelasnya.
Menurut Andoko, sangat dimungkinkan harga emas bisa terus meroket dan dalam waktu dekat menyentuh angka Rp 2 juta per gram.
Senada, Certified Financial Planner Rista Zwestika berpandangan bahwa keuntungan yang diperoleh masyarakat pengoleksi emas dalam menjual emasnya dalam kondisi harga yang tinggi saat ini bisa tidak lebih menguntungkan dibandingkan menjualnya di kemudian hari, jika kebutuhannya adalah jangka panjang. Ia juga memproyeksikan harga emas kemungkinan akan terus meningkat ke depan.
“Sebenarnya kan ada beberapa faktor penyebab emas bisa naik dan turun, salah satunya faktor global di mana emas itu aset safe haven. Ketika market misalnya dari ekonomi baik makro maupun mikro lagi tidak baik-baik saja seperti kondisi saat ini ada perang tarif dan lain-lain, emas semakin jaya,” kata Rista kepada Republika, Jumat (11/4/2025).
Menurut analisisnya, jika kondisi ketidakpastian global tidak juga mereda, harga emas masih akan terus merangkak bahkan meroket. Ia menilai potensi harga emas bisa tembus ke lebih dari Rp 2 juta per gram.
Rista pun menyarankan agar masyarakat lebih banyak berinvestasi emas karena potensi dan peluangnya yang terbilang menguntungkan untuk kondisi keuangan masyarakat. "Ayo berburu emas!" ujarnya.