REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas pada Jumat (11/4/2025) nyaris menyentuh angka Rp 1,9 juta per gram. Certified Financial Planner Rista Zwestika berpendapat meroketnya harga emas bisa menjadi momentum bagi masyarakat memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan. Namun, juga bisa menjadi momen wait and see.
Rista menjelaskan, sejatinya untuk menentukan mau menjual atau membeli di tengah kondisi tingginya harga emas, masyarakat perlu kembali kepada tujuan utama memutuskan berinvestasi emas.
"Punya tujuan investasi emas untuk apa, apakah untuk dana darurat, dana pendidikan anak, atau untuk dana pensiun. Jadi intinya investasi emas untuk jangka pendek atau jangka panjang, ada dua skenario," ujar Rista saat dihubungi Republika, Jumat (11/4/2025).
Jika kebutuhannya dalam jangka pendek, menurut Riska memang saat ini momen yang tepat untuk menjual emas, sehingga bisa mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan. Namun, menurutnya perlu juga langkah cerdas dalam menjualnya.
"Tapi dijualnya juga coba lihat dulu apakah kita sudah capai target dari keuntungan yang kita harapkan. Misal kita beli emas di Rp 900 ribu per gram kemudian sekarang sudah Rp 1,8 juta per gram, berarti sudah sampai 100 persen tuh kita dapat keuntungannya. Ini bisa juga dijual di angka 30-50 persen dari total emas yang kita punya," terangnya.
"Artinya kita ambil dulu keuntungannya sebagian, jadi kita nikmati keuntungannya, sisanya kita untuk jangka panjang," lanjutnya.
Sementara itu, Rista melanjutkan, untuk masyarakat yang berinvestasi emas untuk jangka panjang, ia berpendapat agar tidak melakukan aksi dalam menyikapi meroketnya harga emas.
"Sedangkan kalau misalnya tujuan kita untuk jangka panjang ya biarkan saja ya tidak apa-apa. Jangka panjang maka tunggu (harga) semakin tinggi lagi," jelasnya.
Ia memprediksi, jika saat ini emas sudah hampir menyentuh Rp 1,9 juta, ada kemungkinan angkanya bisa semakin meningkat hingga menembus lebih dari Rp 2 juta per gram.
"Ada perkiraan misalnya tiga atau lima tahun ke depan bisa tembus di Rp 2 juta per gram lebih, artinya memang untuk dapat keuntungannya lebih tinggi lagi. Contohnya tujuan investasinya untuk dana pensiun, misal pensiun masih lima atau 10 tahun lagi ya tidak apa-apa emasnya ditunggu saja dulu," terangnya.
Rista menilai, jika masyarakat yang sebenarnya memiliki tujuan keuangan jangka panjang tetapi memilih menjual emas pada saat ini, dikhawatirkan ada penyesalan karena merasa tidak begitu untung.
"Karena takutnya beli di Rp 1,5 juta per gram lalu sekarang tembus Rp 1,9 juta per gram, berpikirnya sudah ada split keuntungannya di Rp 400 ribu. Tidak tahunya besok lebih tinggi lagi, kita merasa rugi juga karena keuntungannya masih belum seberapa," ujarnya.
Diketahui, harga emas yang dikutip dari laman resmi Pegadaian (11/4/2025) menunjukkan harga tiga produk logam mulia, yakni buatan Antam, UBS, dan Galeri24 yang mengalami peningkatan drastis harga jual, setelah sehari sebelumnya turut mengalami lonjakan.
Emas Antam melonjak Rp 38.000 dari semula Rp 1.858.000 menjadi Rp 1.896.000 per gram, emas buatan Galeri24 turut melonjak Rp 35.000 ke angka Rp 1.851.000 dari semula Rp 1.816.000 per gram.
Sementara emas buatan UBS melesat naik Rp 42.000 dari semula Rp 1.811.000 menjadi Rp1.853.000 per gram. Emas buatan Antam dan Galeri24 dijual dengan kuantitas 0,5 gram hingga 1.000 gram atau 1 kilogram. Sementara emas UBS dijual dengan kuantitas 0,5 gram hingga 500 gram.