REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan negara-negara lain harus membayar banyak uang untuk mencabut tarif yang besar. Ia bahkan menyebut kebijakan bea masuk tersebut sebagai 'obat'.
Saham Asia membukukan kerugian tajam pada perdagangan awal dan pasar saham berjangka AS karena investor menyatakan kekhawatiran tarif Trump dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi, permintaan yang lebih lemah, kepercayaan yang lebih rendah, dan berpotensi terjadinya resesi global.
Berbicara kepada wartawan di atas Air Force One pada Ahad (6/4/2025), Trump mengindikasikan tidak khawatir tentang kerugian yang telah menghapus nilai triliunan dolar dari pasar saham di seluruh dunia. "Saya tidak ingin ada yang salah. Namun, terkadang Anda harus minum obat untuk memperbaiki sesuatu," ujar Trump saat kembali dari bermain golf di Florida, AS, seperti dilansir dari Reuters pada Senin (7/4/2025).
Trump memgaku telah berbicara dengan para pemimpin negara dari Eropa dan Asia selama akhir pekan. Trump menyebut pemimpin sejumlah negara coba meyakinkan dirinya untuk menurunkan tarif hingga 50 persen yang akan berlaku pekan ini. "Mereka datang ke meja perundingan. Mereka ingin berunding, tetapi tidak akan ada pembicaraan kecuali mereka membayar kami sejumlah besar uang setiap tahun," ucap Trump.
Pengumuman tarif Trump pekan lalu mengguncang perekonomian di seluruh dunia yang memicu pungutan balasan dari Cina dan memicu kekhawatiran akan perang dagang global dan resesi. Para investor dan pemimpin politik telah berjuang untuk menentukan apakah tarif Trump akan tetap berlaku, atau bagian dari rezim baru yang permanen atau taktik negosiasi untuk memenangkan konsesi dari negara lain.
Penasihat ekonomi utama Trump berusaha menggambarkan tarif sebagai reposisi cerdas AS dalam tatanan perdagangan global. Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan lebih dari 50 negara telah memulai negosiasi dengan AS. Menteri Perdagangan Howard Lutnick pun mengatakan Trump tidak akan menarik keputusannya dan tetap akan memberlakukan tarif terbaru tersebut.
Jepang, salah satu sekutu terdekat AS di Asia, merupakan salah satu negara yang berharap mencapai kesepakatan. Kendati demikian, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengatakan upaya negoisasi tersebut tampaknya tidak akan mendapat persetujuan dalam waktu dekat.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett berusaha meredakan kekhawatiran bahwa tarif tersebut merupakan bagian dari strategi untuk menekan Federal Reserve AS agar menurunkan suku bunga, dengan mengatakan tidak akan ada paksaan politik terhadap bank sentral.
Ekonom JPMorgan kini memperkirakan tarif akan menyebabkan produk domestik bruto AS setahun penuh turun sebesar 0,3 persen atau turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,3 persen dan tingkat pengangguran akan naik menjadi 5,3 persen dari 4,2 persen saat ini.
Manajer dana miliarder Bill Ackman, yang mendukung pencalonan Trump sebagai presiden, mengatakan Trump kehilangan kepercayaan dari para pemimpin bisnis dan memperingatkan akan terjadinya 'musim dingin nuklir ekonomi'.
View this post on InstagramBerita TerkaitBerita LainnyaAdvertisementTerpopulerAdvertisement
Senin , 07 Apr 2025, 20:06 WIB![]()
Hikmah Tarif Trump, Indonesia Jadi Punya Kesempatan Benahi Sistem Ekonomi
Senin , 07 Apr 2025, 20:00 WIBMenhub Cek Pelaksanaan Angkutan Logistik di Lampung
Senin , 07 Apr 2025, 19:56 WIBArus Mudik Berjalan Aman, Prabowo Apresiasi Kapolri, Panglima TNI hingga Menhub
Senin , 07 Apr 2025, 19:05 WIBPrabowo Besok akan Berikan Respons Resmi Atas Kebijakan Tarif Trump
Senin , 07 Apr 2025, 19:00 WIBBos ASDP: TBB Terbukti Efektif Kurangi Antrean Kendaraan saat Arus Balik
Advertisement