REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia Tbk membukukan rugi bersih senilai 69,17 juta dolar AS pada 2024. Nilai ini turun dibandingkan keuntungan 252,37 juta dolar AS pada 2023.
Salah satu penyebab kerugian adalah meningkatnya beban keuangan perseroan. Emiten berkode GIAA ini mencatat total beban sebesar 3,107 miliar dolar AS. Nilai ini naik signifikan dibandingkan 2023 yang sebesar 2,626 miliar dolar AS.
Beban terbesar perseroan ialah beban operasional penerbangan senilai 1,667 miliar dolar AS, kemudian disusul beban pemeliharaan dan perbaikan senilai 536,95 juta dolar AS.
Mengutip laporan keuangan GIAA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat (28/3/2025), pendapatan Garuda Indonesia tercatat naik dari 2,936 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 3,416 miliar dolar AS pada 2024.
Pendapatan usaha masih didominasi oleh penerbangan berjadwal, yaitu 2,742 miliar dolar AS. Sisanya berasal dari penerbangan tidak berjadwal dan oendapatan lainnya.
Total aset Garuda Indonesia turun tipis dari 6,727 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 6,618 miliar dolar AS pada 2024.
Liabilitas Garuda turun dari 8,01 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 7,97 miliar dolar AS pada 2024.
Ekuitas perseroan juga turun dari 6,727 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 6,618 miliar dolar AS pada 2024.