REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank-Bank milik negara (Himbara) dinilai memiliki peranan sangat penting menggerakan ekonomi di tengah ketidakpastian akibat perlambatan ekonomi dunia. Managing Director Lembaga Management FEB Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyebutkan sepanjang 2024 fungsi intermediasi bank-bank Himbara cukup baik terlihat dari kemampuan menjembatani pemilik dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Himbara mencatatkan pertumbuhan kredit yang positif di berbagai segmen. "Di antaranya penyaluran kredit BRI tumbuh 6,97 persen year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 1.354,64 triliun yang sebagian besar yakni 81,97 persen disalurkan kepada segmen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)," ujar Toto di Jakarta, Kamis (20/3/2025).
Adapun Bank Mandiri mencatatkan total penyaluran kredit konsolidasi sebesar Rp 1.670,55 triliun atau meningkat 19,5 persen yoy. Berbeda dengan BRI, kredit yang disalurkan Mandiri menyasar segmen wholesale yang merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti sektor energi, infrastruktur dan pangan.
Kemudian, BNI membukukan pertumbuhan kredit 11,6 persen yoy menjadi Rp 775,87 triliun dan BTN mencatatkan pertumbuhan kredit 7,3 persen yoy dari Rp 333,69 triliun menjadi Rp 357,97 triliun. "Mayoritas kredit BTN mengalr ke sektor perumahan baik subsidi maupun nonsubsidi," ujarnya.
Tidak hanya dari sisi fungsi intermediasi, kinerja positif Himbara juga dapat dilihat dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). DPK BRI mencapai Rp 1.365,45 triliun dengan komposisi current account savings account (CASA) sebesar 67,30 persen atau Rp 918,98 triliun. Bank Mandiri mencatatkan simpanan sebesar Rp 1.699 triliun dengan CASA mendominasi 80,3 persen dari total DPK.
Pertumbuhan DPK juga berhasil diraih BNI yang mencapai 11 persen yoy, dari Rp 232 triliun pada 2023 menjadi Rp 258 triliun pada 2024. Demikian juga dengan BTN yang membukukan pertumbuhan DPK 9,1 persen yoy, dari Rp 349,93 triliun menjadi Rp 381,67 triliun dengan rasio CASA sebesar 54,1 persen.
"Fungsi intermediasi berjalan baik kalau tren mengalami kenaikan. Ada baiknya dimonitor juga selain tahun lalu juga tiga bulan terakhir ini," ungkap Toto.
Lebih lanjut Toto menjelaskan untuk melihat apakah kondisi ekonomi saat ini sedang dalam tren meningkat atau sebaliknya dapat dilihat dari tren kredit bank ke konsumen. Dalam waktu yang sama, apakah indikator tersebut naik, turun, atau stagnan. “Kondisi ini akan memberikan petunjuk apakah kondisi ekonomi saat ini sedang dalam tren meningkat atau sebaliknya,” jelasnya.
Menurut Toto strategi bank dalam ekonomi yang semakin sulit tentu akan lebih konservatif. Bank Himbara tentu juga akan mengurangi risiko atas potensi kucuran kredit pada sektor yang berisiko tinggi.
Meski demikian, berbeda dengan bank-bank swasta yang murni dan hanya fokus mengejar provit serta menghindar dari resiko sebesar mungkin, tugas pengelola bank-bank Himbara berbeda. Bank-bank Himbara juga mesti menjalankan berbagai penugasan dari negara. Misalnya, mesti hadir dan menjangkau masyarakat di daerah, termasuk menjadi penopang ekonomi pada saat dan pasca krisis Covid-19.
Pekerjaan rumah bagi pengelola bank Himbara juga semakin besar karena ada tuntutan agar membuat operasi bank menjadi lebih efisien. Net Interest Margin (NIM) bisa menjadi indikator kemampuan manajemen perbankan dalam mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
"Tantangan yang lebih besar dan kebutuhan untuk tetap menjaga kinerja yang prima tersebut, membuat manajemen Himbara layak mendapat remunerasi yang pantas sebagai imbalan," tuturnya.
Laporan kinerja keuangan konsolidasi 2024, Himbara berhasil membukukan laba signifikan yang akan disetorkan ke negara dan pemegang saham. Angkanya, BRI sebesar Rp 60,64 triliun, Bank Mandiri Rp 55,78 triliun, BNI Rp 21,5 triliun, dan BTN Rp 3 triliun.