Rabu 12 Mar 2025 14:58 WIB

Ekonom: Stabilitas Harga Perlu Dijaga Seiring dengan Kepastian THR

THR sangat berpengaruh pada peningkatan konsumsi.

Pekerja menghitung uang Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterimanya di pabrik rokok PT Djarum, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (19/4/2022). Sebanyak 52.025 pekerja harian dan borongan yang tersebar di tujuh kota di perusahaan itu telah menerima uang THR guna membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Pekerja menghitung uang Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterimanya di pabrik rokok PT Djarum, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (19/4/2022). Sebanyak 52.025 pekerja harian dan borongan yang tersebar di tujuh kota di perusahaan itu telah menerima uang THR guna membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai stabilitas harga kebutuhan masyarakat perlu untuk dijaga pemerintah seiring dengan kepastian tunjangan hari raya (THR) bagi pekerja, serta gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN). THR sangat berpengaruh pada peningkatan konsumsi.

“Adanya THR pasti berpengaruh pada peningkatan konsumsi, tapi, ini sifatnya hanya sementara. Ini seperti tanaman yang kering lalu diberi siraman dengan segelas air. Kemarau masih panjang, sehingga jika ingin mendongkrak daya beli, pemerintah perlu menjaga stabilitas harga (tidak bisa mengandalkan THR saja),” kata Esther saat dihubungi di Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Baca Juga

Adapun sebelumnya, pemerintah telah memastikan bahwa pelaksanaan pemberian THR bagi pekerja, serta gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN), termasuk PPPK, PNS, TNI, Polri, hakim, hingga pensiunan akan diberikan selambat-lambatnya H-7 Idul Fitri 2025.

Meski terdapat kepastian tersebut, Esther mengatakan harga kebutuhan yang cenderung meningkat pada bulan Ramadhan, hingga kenaikan upah yang lambat menjadi faktor masyarakat lebih selektif dalam melakukan konsumsi tahun ini.

“Pendapatan riil turun, harga-harga mulai naik. Ini berarti nominal pendapatannya sama, tapi diiringi dengan itu jelas pengeluaran lebih banyak,” kata Esther.

“Selain itu, kenaikan upah lebih lambat daripada kenaikan harga-harga barang, membuat daya beli kita rendah, sehingga di sini kebijakan pemerintah harus lebih bersahabat,” ujar dia menambahkan.

Lebih lanjut, ekonom Universitas Diponegoro itu meminta pemerintah untuk menjaga stabilitas harga, seperti menjaga suplai agar bisa memenuhi permintaan masyarakat.

“Di bulan Ramadhan, konsumsi meningkat. Sepanjang suplai barang yang ada di pasar bisa memenuhi permintaan masyarakat saya rasa aman dan harga bisa terkendali,” kata Esther.

“Saya berharap menjaga stabilitas harga ini juga bisa dilakukan seterusnya, dan harus dibarengi dengan distribusi dan logistik yang lancar. Asal suplai, distribusi dan logistiknya terjaga, bisa memenuhi permintaan konsumen, saya rasa stabilitas harga bisa tercapai,” ujar dia menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement