REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Minerals Indonesia Tbk menyampaikan laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024. Produksi batu bara meningkat 30 persen.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Minerals Indonesia Tbk Christian Ariano Rachmat mengatakan perseroan berhasil mencatat pertumbuhan volume yang konsisten di tengah fluktuasi harga. Walaupun ASP melemah, peningkatan volume berkontribusi untuk mengimbangi dampak terhadap profitabilitas.
"Kami terus mengeksekusi investasi strategis untuk mendukung pengembangan di masa depan dan mendorong pertumbuhan
jangka panjang. Fokus kami terhadap ekspansi didukung dengan profitabilitas yang tinggi dan saldo kas yang sehat," katanya melalui Keterbukaan kepada Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (4/3/2025).
Volume produksi batu bara metalurgi pada tahun 2024 mencapai 6,63 juta ton sedangkan penjualan mencapai 5,62 juta ton. Produksi mengalami kenaikan 30 persen dan penjualan tumbuh 26 persen dibandingkan 2023.
Volume pengupasan lapisan penutup tercatat tumbuh 26 persen menjadi 23,55 juta bank cubic meter (bcm), dengan nisbah kupas 3,55x dibandingkan 3,66x pada 2023.
"Pada tahun 2024, kami mencapai EBITDA operasional sebesar 580,02 juta dolar AS dan laba inti sebesar 445,38 juta dolar AS, masing-masing meningkat sebesar 1 persen dan 6 persen dari tahun 2023 berkat dukungan kenaikan volume penjualan," kata Christian.
Belanja modal pada tahun 2024 mencapai 405,68 juta dolar AS atau melebihi tiga kali lipat belanja modal 2023 yang sebesar 134,73 juta dolar AS. Kenaikan belanja modal itu karena adanya aktivitas konstruksi yang sedang berjalan untuk smelter aluminium PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) dan proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC).
KAI terus melanjutkan konstruksi smelter aluminiumnya, dengan fokus untuk mencapai COD pada akhir tahun 2025. Konstruksi area sandar untuk bahan baku di jetty telah rampung, sedangkan konstruksi fondasi dan struktur baja untuk fasilitas anode dan elektrolisis sedang berjalan, bersama dengan pemasangan struktur ban konveyor dan gedung kantor di area jetty.
Pada 2025, emiten berkode ADMR ini menargetkan volume penjualan 5,6 juta ton-6,1 juta ton dengan Nisbah kupas 3,3x. Belanja modal ditargetkan 300 juta dolar AS hingga 325 juat dolar AS.
"Target belanja modal ini termasuk investasi ekuitas pada smelter aluminium KAI," ujar Christian.