Jumat 21 Feb 2025 16:19 WIB

Freeport Mulai Jual Emas ke Antam, Erick Thohir: Sinergi Hilirisasi untuk Ekonomi Nasional

Fasilitas pemurnian Freeport memiliki kapasitas produksi capai 50 ton emas per tahun.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Pekerja melakukan perbaikan di lokasi fasilitas gas cleaning plant dan sulfuric acid plant Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/2/2025). Fasilitas Smelter PTFI yang mengalami kebakaran pada Senin 14 Oktober 2024 tersebut direncanakan mulai beroperasi kembali pada akhir Juni 2025 dan secara bertahap akan mencapai tingkat produksi 100 persen pada akhir tahun 2025.
Foto: ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Pekerja melakukan perbaikan di lokasi fasilitas gas cleaning plant dan sulfuric acid plant Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/2/2025). Fasilitas Smelter PTFI yang mengalami kebakaran pada Senin 14 Oktober 2024 tersebut direncanakan mulai beroperasi kembali pada akhir Juni 2025 dan secara bertahap akan mencapai tingkat produksi 100 persen pada akhir tahun 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia (PTFI) mulai menjual emas hasil olahannya kepada PT Aneka Tambang (Antam). Penjualan emas olahan Freeport seberat 125 kg ke Antam ini merupakan bagian dari kontrak kerja sama selama lima tahun dengan nilai mencapai 12,5 miliar dolar AS.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan hal ini bagian sinergi Mining Industry Indonesia (MIND ID) dalam hilirisasi emas dan mengurangi impor. Erick mengatakan fasilitas pemurnian Freeport memiliki kapasitas produksi mencapai 50 ton emas per tahun, di mana Antam akan menyerap sebanyak 30 ton.

Baca Juga

"Kerja sama ini memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional. Hilirisasi adalah opsi yang tidak bisa ditawar," ujar Erick di Jakarta, Jumat (21/2/2025).

Erick menyampaikan langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong Kabinet Merah Putih menjalankan program strategis, termasuk swasembada energi dan hilirisasi sumber daya alam (SDA). Dengan langkah strategis ini, Erick optimistis hilirisasi sektor pertambangan, khususnya emas, dapat semakin memperkuat posisi Indonesia di pasar global serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Cadangan emas kita itu nomor enam terbesar di dunia sekitar 2.600 metric ton, tapi untuk cadangan emas batangan, kita berada di peringkat 43 dunia," ucap Erick. 

Dengan kerja sama Freeport dan Antam, lanjut Erick, Indonesia tidak harus mengirimkan raw material, melainkan semua sudah bisa diproses di dalam negeri dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi nasional. Menurut Erick, kerja sama ini akan memberikan dampak besar bagi ketahanan ekonomi Indonesia. 

"Freeport memproduksi 50 ton emas, dan Antam menyerap 30 ton. Dampaknya luar biasa karena mampu menghemat cadangan devisa hingga Rp 200 triliun dalam lima tahun," kata Erick. 

Erick menambahkan penjualan emas ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian jual beli logam emas antara Freeport dan Antam yang telah disepakati pada awal November lalu. Kerja sama ini juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Antam terhadap impor bahan baku logam mulia, terutama emas batangan.

Di sisi lain, Direktur Utama Antam Nico Kanter menjelaskan, sinergi yang dijalin bersama PT Freeport Indonesia ini merupakan wujud hilirisasi industri emas di Indonesia. "Dengan adanya kerja sama ini tentunya membantu Antam meningkatkan sourcing bahan baku emas dari dalam negeri. Emas dari PT Freeport Indonesia nantinya akan diolah di Pabrik Pengolahan dan pemurnian milik kami untuk diproses menjadi produk logam mulia Antam," ujar Nico. 

Nico juga menyebutkan kerja sama ini akan mengoptimalkan produksi produk emas logam mulia Antam di tengah tingginya permintaan pasar. "Dengan adanya kepastian sourcing bahan baku emas dalam negeri di tengah momentum rekor tertinggi, harga emas akan memberikan kepastian kepada masyarakat mengenai ketersediaan produk logam mulia Antam. Kami terus mengoptimalkan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan tentunya akan meningkatkan kinerja Antam," ucap Nico.

Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menjelaskan bahwa insiden yang terjadi di salah satu fasilitas kompleks Smelter PTFI tidak membuat perusahaan berhenti untuk menjalankan komitmen  perusahaan untuk hilirisasi pertambangan. Pembangunan PMR telah selesai dan memproduksi emas murni merupakan bukti keseriusan PTFI dalam menjalankan hilirisasi.

"Sebagai perusahaan yang memiliki pengolahan dan pemurnian terintegrasi dalam negeri mulai hulu hingga hilir, PTFI telah mewujudkan hilirisasi tembaga dan saat ini hilirisasi emas. Dalam waktu dekat 

akan menyusul hilirisasi perak," kata Tony.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement