Kamis 20 Feb 2025 12:50 WIB

Pertamina Perkuat Infrastruktur Kilang Untuk Program B40

Program B40 bisa tekan impor BBM dan tingkatkan energi domestik

Karyawan menunjukkan sampel bahan bakar B40 saat peluncuran uji jalan penggunaan B40 di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Uji jalan kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) tersebut menempuh jarak mencapai 50 ribu km dan 40 ribu km sebagai upaya pemerintah untuk percepatan pengembangan energi baru terbarukan.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menunjukkan sampel bahan bakar B40 saat peluncuran uji jalan penggunaan B40 di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Uji jalan kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) tersebut menempuh jarak mencapai 50 ribu km dan 40 ribu km sebagai upaya pemerintah untuk percepatan pengembangan energi baru terbarukan.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) terus mempercepat implementasi bahan bakar nabati 40 persen (B40) sebagai bagian dari strategi transisi energi dan ketahanan energi nasional. Langkah ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan bauran energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, menegaskan bahwa program B40 menjadi salah satu prioritas perusahaan dalam mendukung kebijakan energi hijau. “Kami berkomitmen untuk memastikan produksi dan distribusi B40 dapat berjalan lancar. Ini menjadi bagian dari upaya Pertamina dalam mendukung ketahanan energi nasional dan mengurangi emisi karbon,” ujar Wiko dalam RDP Komisi XII DPR RI, Kamis (20/2/2025).

Direktur Utama Pertamina Kilang Internasional, Taufik Aditiyawarman, menambahkan bahwa saat ini terdapat dua kilang utama yang digunakan untuk mendukung program B40, yaitu di Kilang Plaju dan Kilang Kasim. Kilang-kilang ini berperan penting dalam proses blending Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dengan diesel guna menghasilkan B40 yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

“Di Kilang Plaju dan Kasim, kami telah menyiapkan infrastruktur untuk melakukan blending FAME dengan diesel guna memastikan kualitas dan ketersediaan B40. Seluruh produk yang dihasilkan nantinya akan di-offtake oleh rekan kami di Patra Niaga,” ujar Taufik.

Selain itu, Pertamina juga tengah mengembangkan bahan baku nabati berbasis minyak kelapa sawit untuk meningkatkan efisiensi produksi B40. Di Kilang Cilacap, pengolahan bahan baku renewable seperti Crude Palm Oil (CPO), Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), dan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) telah dilakukan untuk menghasilkan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) sebagai renewable diesel dan co-processing untuk bioavtur.

Implementasi B40 diharapkan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) serta meningkatkan pemanfaatan energi domestik. Dengan meningkatnya penggunaan B40, Pertamina berperan dalam mendukung program dekarbonisasi nasional serta mendorong industri energi terbarukan di Indonesia.

“Dengan implementasi B40, kami berharap dapat meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi karbon, sejalan dengan visi kami untuk mendukung energi berkelanjutan. Selain itu, ini juga menjadi peluang bagi industri sawit nasional dalam memperluas pasar produk turunannya,” tambah Taufik.

Ke depan, Pertamina akan terus mengembangkan inovasi dan investasi dalam infrastruktur pengolahan bahan bakar nabati guna mempercepat transisi energi nasional. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan sektor industri, program B40 diharapkan dapat segera diimplementasikan secara menyeluruh dan memberikan manfaat besar bagi ketahanan energi Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement