REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menilai pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi sentimen ketidakpastian di tingkat global. Pada penutupan perdagangan bursa, Selasa (11/2/2025), IHSG ditutup melemah 116,15 poin atau 1,75 persen ke posisi 6.531,99.
"Memang, karena kalau secara global juga masih uncertainty,” ujar Inarno setelah Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) Tahun 2025 di Jakarta, Selasa.
Selain itu, ia mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut mempengaruhi pergerakan IHSG.
“Kita punya rupiah juga terjadi pelemahan. Ini yang salah satu yang juga mempengaruhi terhadap indeks,” ujarnya
Dari tingkat global, pada Senin (10/2), Presiden AS Donald Trump telah menandatangani kebijakan untuk tarif 25 persen atas impor baja dan menaikkan tarif aluminium menjadi 25 persen dari 10 persen, yang keduanya akan berlaku pada 4 Maret 2025.
Trump juga berencana menerapkan tarif balasan terhadap negara yang mengenakan pajak tinggi terhadap impor AS, yang mana kebijakan ini mengikuti tarif sebelumnya yang diberlakukan terhadap China.
Dengan rencana kenaikan tarif itu, pelaku pasar khawatir akan berdampak terhadap kenaikan inflasi di AS, yang berpotensi membuat bank sentral AS The Fed akan semakin sulit untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya.
Saat ini, pelaku pasar sedang menantikan laporan inflasi utama AS, di antaranya data Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 akan dirilis pada Rabu (12/2), dan klaim pengangguran mingguan awal dan Indeks Harga Produsen akan dirilis pada Kamis (13/2).
Pelaku pasar juga tengah menantikan pidato Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Kongres pada Selasa (11/2) pagi waktu Amerika Serikat (AS) atau pukul 22.00 WIB.
Pada Selasa, frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.273.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 15,94 miliar lembar saham senilai Rp 12,67 triliun. Sebanyak 182 saham naik, 446 saham menurun, dan 327 tidak bergerak nilainya.