Selasa 28 Jan 2025 15:05 WIB

Surplus Perdagangan dengan India, Indonesia Pastikan Perkuat Kerja Sama

India merupakan penyumbang surplus neraca perdagangan kedua terbesar setelah AS.

Rep: Eva RiantiĀ / Red: Friska Yolandha
Presiden Prabowo Subianto (kiri) berbincang dengan Perdana Menteri India Narendra Modi (kanan). India merupakan penyumbang surplus neraca perdagangan kedua terbesar setelah AS.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Prabowo Subianto (kiri) berbincang dengan Perdana Menteri India Narendra Modi (kanan). India merupakan penyumbang surplus neraca perdagangan kedua terbesar setelah AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada akhir Januari 2025 ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah mendampingi lawatan Presiden RI Prabowo Subianto ke India. Dalam kesempatan kunjungan bilateral itu, Airlangga menekankan bahwa Indonesia terus berkomitmen untuk memperkuat kerja sama di sektor ekonomi, mengingat Indonesia mencatatkan neraca perdagangan yang surplus dengan India.

Menurut catatan Kemenko Perekonomian, India merupakan penyumbang surplus neraca perdagangan kedua terbesar setelah Amerika Serikat (AS). Selama tiga tahun berturut-turut surplus perdagangan Indonesia dengan India berkisar antara 13,5 miliar—14 miliar dolar AS per tahun, didominasi oleh ekspor produk mineral, besi dan baja, serta CPO dan turunannya.

Baca Juga

Kemenko mencatat, perdagangan Indonesia dan India sudah mencapai hampir 27 miliar dolar AS pada 2023 dengan tren pertumbuhan 20,54 persen (periode 2019—2023). India diketahui menempati peringkat keempat untuk negara tujuan ekspor dan peringkat kesembilan untuk negara asal barang impor Indonesia pada 2023. India tercatat merupakan sumber investasi PMA tersebut ke-14 di Indonesia dengan total investasi sebesar 275,4 juta dolar AS pada 2023, angka itu mengalami peningkatan dua kali lipat dari tahun 2022 sebesar 127,6 juta dolar AS.

Airlangga menekankan, dalam kunjungan tersebut, pemerintah Indonesia memfokuskan pembahasan pada peningkatan nilai perdagangan dan investasi, serta perlunya keberlanjutan kerja sama bilateral yang telah terjalin di sektor ekonomi.

“Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif serta memberikan ruang untuk potensi kerja sama ekonomi Indonesia dan India di masa depan,” kata Airlangga dalam keterangannya, dikutip Selasa (28/1/2025).

Dalam kesempatan itu, Airlangga melakukan pertemuan bilateral secara khusus dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Shri Piyush Goyal. Pada pertemuan tersebut, kedua menteri membahas berbagai isu strategis khususnya di bidang perdagangan dan investasi.

Pembahasan juga mencakup berbagai isu teknis yang berkaitan dengan berbagai kendala perdagangan, seperti perizinan, kuota, pembatasan non-tarif, dan prosedur kepabeanan, serta isu lain yang terkait dengan ekspor sawit dan batubara Indonesia ke India. Selain itu, pembahasan juga dilakukan terkait isu pengenaan safeguard kuantitas impor melalui pembatasan kuota untuk low ash metallurgical coke dari Indonesia dan isu teknis untuk perdagangan beberapa komoditas lainnya.

Airlangga dan Goyal sepakat untuk menugaskan tim teknis dari kedua negara untuk melakukan pembahasan teknis secara komprehensif atas berbagai isu dan permasalahan teknis perdagangan. Direncanakan, pada Februari 2025 mendatang akan dilakukan pertemuan kembali guna menyepakati dan menyelesaikan berbagai isu dan permasalahan tersebut, agar mampu mewujudkan harapan Presiden Indonesia dan PM India, dalam mendorong peningkatan perdagangan Indonesia dan India.

“Kita telah menyepakati dengan India, akan menugaskan tim teknis untuk membahas semua isu dan permasalahan di tingkat teknis, dan akan melakukan pertemuan bilateral kembali pada pertengahan Februari 2025 di New Delhi. Diharapkan langkah konkret ini akan mampu mendorong ekspor Indonesia dan meningkatkan perdagangan Indonesia dengan India,” jelas Airlangga.

Diketahui, dalam lawatan ke India, Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Narendra Modi menandatangani lima memorandum of understanding (MoU), meliputi sektor kesehatan, budaya, obat-obatan, keamanan dan keselamatan maritim, serta sektor komunikasi dan digital. Penandatanganan lima MoU tersebut sejalan dengan tujuan dan ikhtiar Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement