Senin 13 Jan 2025 17:53 WIB

Unilever Indonesia Lepas Bisnis Es Krim Senilai Rp 7 Triliun

Unilever Indonesia akan menggelar RUPSLB untuk memutuskan penjualan bisnis es krim.

Es krim Magnum. Unilever Indonesia melepas bisnis es krim mereka ke PT The Magnum Ice Cream Indonesia.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Es krim Magnum. Unilever Indonesia melepas bisnis es krim mereka ke PT The Magnum Ice Cream Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Unilever Indonesia berencana melepaskan bisnis es krim mereka kepada pihak afiliasi, yaitu PT The Magnum Ice Cream Indonesia. Bisnis es krim Unilever nilai transaksi sebesar Rp 7 triliun.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (13/1/2025), berdasarkan penilaian bisnis independen diketahui bahwa nilai pasar wajar bisnis es krim Unilever sebesar Rp 6,5 triliun.

Baca Juga

Unilever akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk memutuskan terkait penjualan tersebut. RUPSLB akan digelar pada Selasa (14/1/2025) pukul 14.00 WIB di Ballroom Hotel Mulia Senayan, Jakarta. 

"Apabila pemegang saham menyetujui rencana penjualan bisnis es krim, perseroan akan membukukan keuntungan atas penjualan bisnis es krimnya kepada pembeli. Keuntungan ini pada akhirnya akan didistribusikan kepada pemegang saham, yang mencerminkan komitmen perseroan untuk memberikan nilai kepada pemegang saham," tulis pernyataan Unilever.

Setelah penyelesaian, bisnis es krim akan menjadi bagian dari grup es krim, yang pada saat itu tidak akan lagi dikendalikan oleh Grup Unilever atau berafiliasi dengan perseroan. Baik Perseroan maupun Grup Unilever tidak akan memiliki kendali atas tindakan apa pun dari grup es krim sehubungan dengan bisnis es krim, dan oleh karena itu setiap keuntungan atau kerugian yang mungkin timbul dari operasi, atau tindakan korporasi apa pun dari atau yang melibatkan, bisnis es krim yang telah dijual kepada pembeli akan dibukukan oleh grup es krim.

Unilever tengah berjuang menghadapi aksi boikot oleh masyarakat. Hal itu tecermin dari penurunan laba perseroan pada 2024.

Hingga 30 September 2024, Unilever Indonesia membukukan laba sebesar Rp 3,009 triliun. Nilai ini turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,18 triliun.

Penjualan bersih turun dari Rp 30,5 triliun pada September 2023 menjadi Rp 27,4 triliun.

Unilever pertama kali mengatakan pada Februari lalu bahwa pertumbuhan penjualan di Asia Tenggara telah terganggu oleh pembeli di Indonesia yang memboikot mereknya sebagai respons terhadap situasi geopolitik. Pada bulan Oktober, perusahaan tersebut mengungkapkan pangsa pasarnya di Indonesia telah menurun menjadi 34,9 persen pada kuartal ketiga dari 38,5 persen tahun sebelumnya.

Bisnis grup yang terdaftar di Jakarta menghasilkan 2,39 miliar dolar AS pada tahun 2023. Ini berkontribusi 3,8 persen terhadap penjualan grup, tetapi lingkungan perdagangannya sulit.

Meskipun memiliki merek-merek besar termasuk deodoran Axe, es krim Cornetto, dan bubuk penyedap Royco, Unilever telah berjuang untuk meningkatkan pangsa pasar selama hampir satu dekade karena pembeli beralih ke merek lokal yang lebih murah.

Menurut firma riset Kantar, merek Royco, Lifebuoy, dan Sunlight milik Unilever termasuk di antara 10 merek konsumen teratas di Indonesia pada tahun 2020. Selama pandemi COVID-19, laporan laba menunjukkan Unilever menaikkan harga secara tajam untuk mengimbangi kenaikan biaya.

Pada tahun 2023, hanya Royco yang bertahan di 10 besar dengan masuknya produsen deterjen lokal SoKlin, Wings Group, dan produsen biskuit Roma, Mayora Indah.

Unilever juga menghadapi persaingan dari perusahaan kecantikan halal lokal, Wardah, Aice, yang membuat es krim, dan pemain internasional baru seperti Skintific dari China.

Di toko daring lokal, sebotol sabun cair berukuran 400 mililiter yang dibuat oleh merek Nuvo milik Wings Group dijual sekitar 20 persen lebih murah daripada sabun cair Lifebuoy milik Unilever dengan ukuran yang sama. Sebotol deterjen cair SoKlin milik Wings berukuran 700 ml dijual sekitar 7 persen lebih murah daripada deterjen Rinso milik Unilever.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement