Kamis 12 Dec 2024 19:37 WIB

Kemenhub Pantau Potensi Gelombang Tinggi saat Nataru

Sejumlah wilayah di Indonesia masuk dalam kategori rawan cuaca buruk.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pemudik menaiki KM Tilongkabila yang berlayar meninggalkan Pelabuhan Benoa di Denpasar, Bali, Selasa (9/4/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Pemudik menaiki KM Tilongkabila yang berlayar meninggalkan Pelabuhan Benoa di Denpasar, Bali, Selasa (9/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut memastikan kesiapan menghadapi cuaca ekstrem yang berpotensi mengganggu operasional angkutan laut selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Hartanto mengatakan, kesiapan tersebut bertujuan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang di tengah potensi gelombang tinggi dan angin kencang.  

"Kalau menurut data, ada 28 titik di Indonesia yang kita sebut rawan terhadap cuaca buruk khususnya gelombang. Mulai dari perairan Sabang, Banda Aceh, Pulau Simeulue, Meulaboh, Nias, Mentawai, Bengkulu, Natuna Utara, hingga Pulau Anambas," ujar Hartanto saat konferensi pers terkait penyelenggaraan Angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 di kantor Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Baca Juga

Hartanto menyampaikan sejumlah wilayah di Indonesia masuk dalam kategori rawan cuaca buruk, terutama perairan dengan gelombang tinggi. Hartanto juga menyoroti kondisi di jalur strategis seperti Pelabuhan Merak-Bakauheni. 

 

"Pelabuhan Merak-Bakauheni itu sangat rawan. Bahkan pada 3 Desember sempat ditutup karena ombaknya waktu itu mencapai dua hingga tiga meter, sehingga banyak penumpang yang harus antre," ucap dia.  

 

Selain itu, sambung Hartanto, wilayah Laut Jawa, baik sisi utara maupun selatan, juga menjadi perhatian khusus karena potensi ombak tinggi selama musim angin barat yang biasanya berlangsung dari Oktober hingga Januari. Hartanto menyampaikan perairan di wilayah timur Indonesia juga tidak luput dari perhatian, termasuk perairan Makassar bagian selatan, Laut Flores, Wakatobi, Kepulauan Tanimbar, Pulau Buru, Pulau Seram, hingga Halmahera.  

 

"Kita berikan perhatian penuh saat Nataru agar waspada terhadap cuaca buruk khususnya gelombang. Selain ombak, angin juga cukup kencang," sambung Hartanto. 

 

Beberapa hari terakhir, ucap Hartanto, masyarakat sudah merasakan hujan campur angin yang mengakibatkan banyak pohon tumbang. Hal ini menjadi tanda agar lebih siap menghadapi cuaca ekstrem.

 

"Memang itu siklusnya biasanya di bulan Oktober, November, Desember sampai Januari dan ini berpengaruh pula terhadap kondisi cuaca di laut," lanjut Hartanto. 

 

Hartanto menyampaikan Kemenhub juga telah berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk operator pelabuhan dan kapal, untuk memastikan kesiapan alat keselamatan dan prosedur evakuasi darurat. Hartanto mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca dari BMKG dan mematuhi arahan petugas pelabuhan demi keselamatan bersama.  

 

"Dengan upaya antisipasi ini, kamu berharap operasional angkutan laut selama periode Natal dan Tahun Baru dapat berjalan lancar meskipun di tengah tantangan cuaca ekstrem," kata Hartanto. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement