REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir diminta menjelaskan progres pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Sampai saat ini BPI Danantara belum diluncurkan.
Semula lembaga tersebut bakal diresmikan pada awal bulan lalu. Namun, saat itu Presiden Prabowo Subianto sedang berhalangan. Presiden memiliki jadwal padat kunjungan ke luar negeri.
"Kalau Danantara itu kan saya sudah bilang, saya men-support Danantara dengan memberikan fasilitas yang sudah ada, lalu mengenai kajiannya tentu sedang didiskusikan," kata Erick di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Ia menerangkan, sejak awal pihaknya mempersiapkan segalanya dalam RUU BUMN. Ini membahas superholding dan sebagainya. Pada prinsipnya, Erick mengaku terbuka dengan segala sesuatu yang sudah direncanakan.
Itu menjadi hal terpenting. Semua berpatokan pada visi Presiden Prabowo Subianto. Ia dan para menteri, juga pimpinan lembaga terkait, mengikutinya.
"Yang penting hari ini, kami terus memastikan BUMN ikut sesuai visi Bapak Presiden (Prabowo Subianto), mengenai tentu yang namanya swasembada pangan, energi, penuntasan kemiskinan, dan lain-lain," ujar Erick.
Presiden Prabowo Subianto menargetkan BPI Danantara menjadi pengelola dana investasi negara atau sovereign wealth fund (SWF) terbesar keempat di dunia. Potensi dana kelolaan Danantara berjumlah hingga 600 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 9.459 triliun (kurs Rp 15.765 per dolar AS). Dana tersebut merupakan akumulasi dari tujuh badan usaha milik negara (BUMN) terbesar di Indonesia serta peleburan Indonesia Investment Authority (INA) ke dalam Danantara.
Dikabarkan, ketujuh BUMN tersebut yakni Bank Mandiri yang memiliki aset sebanyak Rp 2.174 triliun, BRI dengan aset sebanyak Rp 1.965 triliun, PLN (Rp 1.671 triliun), Pertamina (Rp 1.412 triliun), BNI (Rp 1.087 triliun), Telkom Indonesia (Rp 318 triliun), Mind ID (Rp 259 triliun). Kemudian aset INA yakni sebesar Rp 163 triliun.
Dengan besaran modal awal tersebut, Danantara menargetkan akan mencapai dana kelolaan sebesar 982 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 15.481 triliun. Angka itu untuk menjadikan Danantara sebagai SWF terbesar keempat di dunia. Entitas aset negara lainnya diinformasikan juga akan dimasukkan di bawah BPI Danantara secara bertahap untuk menambah portofolio dalam waktu dekat.