Sabtu 09 Nov 2024 15:35 WIB

Wamentan Ingin Indonesia Jadi Penentu Harga Sawit Dunia

Sawit merupakan salah satu produk andalan Indonesia.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Friska Yolandha
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menargetkan Indonesia menjadi negara penghasil sawit terbesar di dunia pada 2025 mendatang.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menargetkan Indonesia menjadi negara penghasil sawit terbesar di dunia pada 2025 mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menargetkan Indonesia menjadi negara penghasil sawit terbesar di dunia pada 2025 mendatang. Dengan begitu, Indonesia akan memiliki otoritas penuh atas ketentuan harga yang berlaku secara global.

"Target kita Indonesia yang menentukan harganya dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya,” ujar Sudaryono saat menghadiri konferensi kelapa sawit Indonesia ke 20 dan outlook harga 2025 yang berlangsung di Nusa Dua Bali, pada pertengahan pekan ini, dikutip lewat keterangan resmi Kementan, Sabtu (9/11/2024).

Baca Juga

Karena itu, ia mengajak para petani dan juga para pelaku usaha di bidang persawitan untuk memperlakukan sawit nasional sebagai perkebunan istimewa yang diberi perhatian khusus untuk memperkuat ekonomi nasional.

"Sawit ini champion kita, sawit ini andalan kita dan kita harus memperlakukan sawit kita sebagai sesuatu yang istimewa dan kita tidak mau didikte oleh negara lain,” tegas Sudaryono.

Sebagai langkah nyata, pemerintah saat ini mengembangkan hilirisasi sawit dari komoditas biasa menjadi produk B50 yang bisa ditawarkan ke berbagai negara di seluruh dunia.

"B50 ini adalah bargaining Indonesia kepada dunia. Tapi kalau mereka tidak mau ya kita gunakan sendiri. Jadi dengan B50 kita punya opsi agar semua sawit kita terserap,” jelas Sudaryono.

Ia menambahkan, pemerintah sudah memiliki hitung-hitungan yang matang terkait berapa banyak sawit yang harus dijual ke luar negeri dan berapa banyak sawit yang harus terserap di dalam negeri. Menurut dia, banyak profesor dan ahli di bidang sawit yang diberi ruang berkreasi. Pemerintah, lanjut Wamentan, juga sudah mempunyai teknologi laboratorium untuk menghasilkan benih unggul.

"Jadi kita bisa cek sebelum jadi kecambah apakah sawit ini layak untuk ditanam atau tidak. Kenapa? Karena kita ingin bibit bibit sawit kita berstandar," kata Sudaryono, menutup pernyataannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement