Senin 23 Sep 2024 21:38 WIB

10 Tahun Jadi Presiden, Ini Pekerjaan Paling Berat Menurut Jokowi

Jokowi menceritakan pekerjaannya paling berat selama jadi presiden.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat meresmikan Kawasan Indonesia Islamic Financial Center di gedung Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (17/9/2024). Jokowi menilai adanya kawasan tersebut dapat mendorong perkembangan ekonomi syariah, sehingga akan mendorong industri halal mulai dari fesyen hingga wisata halal.
Foto: Biro Pers Istana
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat meresmikan Kawasan Indonesia Islamic Financial Center di gedung Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (17/9/2024). Jokowi menilai adanya kawasan tersebut dapat mendorong perkembangan ekonomi syariah, sehingga akan mendorong industri halal mulai dari fesyen hingga wisata halal.

REPUBLIKA.CO.ID,GRESIK -- Presiden RI Joko Widodo mengatakan selama 10 tahun menjabat jadi Presiden, salah satu pekerjaan yang paling berat adalah mewujudkan hilirisasi. Jokowi mengatakan mengajak perusahaan untuk membangun smelter tidaklah mudah karena berkaitan dengan nilai investasi yang besar.

"Saya ingat, salah satu pekerjaan yang paling berat dan melelahkan selama 10 tahun menjabat sebagai presiden adalah mengajak perusahaan pertambangan untuk membangun smelter. Pekerjaan ini sangat berat. Saya ingat, pada 2017 kami bernegosiasi dengan Richard untuk mencapai kesepakatan membangun smelter di Gresik. Negosiasinya sangat alot, karena saya tahu investasi ini tidak kecil, Rp56 triliun," kata Presiden saat meresmikan produksi pertama Smleter Gresik milik PT Freeport Indonesia, Senin (23/9/2024).

Baca Juga

Jokowi mengatakan dalam melakukan hilirisasi ia tak menampik bahwa perusahaan membutuhkan investasi yang besar. Perusahaan perlu menghitung dan mempertimbangkan terkait keuntungan dan nilai investasi. 

Namun, ia menegaskan hal ini perlu dilakukan demi nilai tambah bagi negara yang lebih baik dan mendorong Indonesia bisa mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

"Yang paling penting bagi presiden adalah penerimaan negara, baik di pusat maupun daerah," tegas Jokowi.

Jokowi merinci, penerimaan negara dari PT Freeport Indonesia bisa mencapai sekitar Rp80 triliun, baik dalam bentuk dividen, royalti, PPh badan, PPh karyawan, pajak daerah, bea keluar, dan berbagai pajak lainnya.

Ia juga menekankan, pembangunan smleter PTFI ini adalah langkah kita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri maju, yang mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri, tanpa harus mengekspor bahan mentah. Selain itu, akan membuka lapangan kerja yang sangat besar.

"Kita juga berharap segera lahir industri turunan di sekitar PT Freeport Indonesia. Sudah ada yang mulai produksi copper foil, dan saya yakin akan diikuti oleh pabrik kabel dan lainnya, termasuk yang tadi disampaikan oleh Erick Thohir mengenai selenium yang dihasilkan oleh smelter tembaga ini, sehingga bisa digunakan untuk produksi semikonduktor," ujar Jokowi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement