Ahad 22 Sep 2024 16:26 WIB

 25 Eks Napi Teroris Dibekali Pelatihan Budidaya Kopi di Gunung Malabar

Densus 88 menggandeng Pupuk Kujang memberikan pelatihan budidaya tanaman.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
Buruh tani memanen kopi Gunung Puntang di Pegunungan Malabar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ahad (15/3/2020).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Buruh tani memanen kopi Gunung Puntang di Pegunungan Malabar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ahad (15/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 25 orang eks narapidana teroris (napiter) diberi pelatihan budidaya tanaman di lereng Gunung Malabar, Kabupaten Bandung, akhir pekan ini. Mereka melakukan budidaya tanaman di lahan garapan petani kopi binaan Pupuk Kujang.

Pelatihan budidaya tanaman kepada 25 napiter dilakukan Densus 88 Antiteror Mabes Polri bekerja sama dengan Pupuk Kujang. Para napiter diharapkan dapat memiliki keterampilan dalam bercocok tanam. “Densus 88 menggandeng Pupuk Kujang memberikan pelatihan budidaya tanaman. Pupuk Kujang dipilih karena dinilai berhasil menjalankan program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian,” ucap Ade Cahya Kurniawan, Sekretaris Perusahaan Pupuk Kujang belum lama ini.

Baca Juga

Selain menambah keterampilan mantan napiter, Ade mengatakan pelatihan tersebut mendukung ketahanan pangan nasional. Pelatihan yang diberikan meliputi budidaya tanaman kopi, madu dan rempah rempah.

Para peserta pun mendapatkan dukungan berupa nutrisi tanaman, benih, hingga akses lahan. VP tanggung jawab sosial dan lingkungan Pupuk Kujang Agung Gustiawan mengatakan modal utama yang diberikan kepada para eksnapiter adalah keterampilan yang mumpuni dan sarana pendukung untuk memulai usaha.

Mereka diberikan keterampilan berbagai teknik budidya kopi Arabica Java Preanger yang banyak dibudidayakan di Gunung Malabar. Pelatihan mencakup aspek dari hulu hingga hilir, termasuk teknik meroasting dan pengemasan kopi. Setelah pelatihan, Densus 88 dan PT Pupuk Kujang akan melakukan monitoring.

AKBP Vanggivantozy Praduga Satria, Kanit 1 Subdirektorat Integrasi Koordinasi, Direktorat Identifikasi dan Sosial, Densus 88/AT mengatakan selain diberi keterampilan bertani para peserta juga diberi akses konsesi lahan. "Setiap kelompok akan menggarap lahan seluas 50 hektare bersama masyarakat. Kalau ada 5 kelompok berarti konsesi lahan sekira 250 hektare,” ungkap Vanggi.

Vanggi mengatakan berbagai program dan sarana itu merupakan pendekatan deradikalisasi yang bersifat lunak atau soft approach. Menurut Vanggi, metode itu dipilih karena masyarakat Indonesia cenderung berwatak ramah. "Metode ini juga menarik perhatian sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand, Australia, terakhir dari Inggris dan Swiss,” kata Vanggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement