Senin 16 Sep 2024 20:16 WIB

Bank Indonesia: Waspadai Kenaikan Beras dan Daging Ayam di Akhir Tahun

Beberapa hal yang harus diwaspadai adalah adanya peningkatan harga bahan makanan.

Calon pembeli melihat ayam yang dijual di pasar (ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Calon pembeli melihat ayam yang dijual di pasar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung Achmad P Subarkah mengatakan, dalam menjaga kinerja ekonomi daerah tetap stabil maka perlu mewaspadai adanya kenaikan harga komoditas beras serta daging ayam menjelang akhir tahun.

"Pergerakan harga komoditas dari awal 2024 sampai Agustus ini kecenderungan mengalami penurunan, dibandingkan pada 2022 ataupun 2023 lalu. Akan tetapi untuk menjaga kinerja perekonomian tetap stabil memang ada hal-hal yang patut diwaspadai," ujar Achmad P Subarkah di Bandarlampung, Senin (16/9/2024).

Baca Juga

Ia mengatakan, beberapa hal yang harus diwaspadai adalah adanya peningkatan harga bahan makanan, terutama untuk beras dan daging ayam.

"Komoditas ini berpotensi tinggi menyumbang inflasi di triwulan III 2024, di mana komoditas beras di triwulan III memiliki probabilitas inflasi sebesar 58,33 persen. Sedangkan rata-rata andil inflasi dari bulan per bulan sebesar 7,81 persen," katanya.

Sedangkan daging ayam ras pada kuartal III memiliki probabilitas inflasi sebesar 33,33 persen dan rata-rata andil inflasi bulan per bulan sebesar 0,31 persen.

"Beras dan ayam ada potensi meningkat, dan patut diwaspadai. Sebab dari kondisi sekarang saja untuk beras masih panen gadu belum panen raya dan kemudian ada pergeseran musim panen jadi dikhawatirkan di September, Oktober, November dan Desember harga beras akan kembali naik," ucap dia.

Menurut dia, setelah berkoordinasi, pemerintah daerah dan Bulog telah siap melakukan operasi pasar beras dengan beras SPHP untuk kembali menstabilkan harga beras di pasaran.

"Sedangkan untuk daging ayam memang sempat terjadi penurunan kemarin karena pakannya sudah mulai melimpah, harga jagung turun. Sehingga harga jual jadi rendah, tapi ada risiko bahwa produksi ayam tetas tidak bisa menutupi permintaan yang tinggi pada saat panen raya. Maka di sini ada potensi harga ayam naik, akan tetapi bukan karena pakan tapi karena ada peningkatan permintaan menjelang hari besar keagamaan nasional," tambahnya.

Ia mengatakan, dengan adanya risiko kenaikan harga dua komoditas tersebut pihaknya dan pemerintah daerah akan terus berupaya melakukan pengawasan sekaligus intervensi untuk menjaga stabilitas harga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement