Senin 16 Sep 2024 14:15 WIB

Analisis Prediksi Harga Emas Dunia Capai 2.700 pada September 2024, Ini Faktor-faktornya

Harga emas dunia bergerak ke level tertinggi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Harga emas dunia bergerak ke level tertinggi, (ilustrasi)
Foto: guardian
Harga emas dunia bergerak ke level tertinggi, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas dunia bergerak ke level tertinggi, seiring dengan kuatnya sentimen-sentimen yang memengaruhinya. Pengamat komoditas yang juga Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas dunia bakal menyentuh level 2.700 dolar AS per troy ons pada bulan ini. 

“Harga emas dunia kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada bulan September ini harga emas dunia kemungkinan akan menyentuh level 2.700 dolar AS per troy ons,” kata Ibrahim dalam keterangan kepada wartawan, Senin (16/9/2024).

Baca Juga

Mengutip Bloomberg, harga emas saat ini bergerak di level 2.586 dolar AS per troy ons pada perdagangan Senin (16/9/2024). Diprediksi dalam waktu dekat, harga logam mulia tersebut bakal segera menyentuh level 2.600 dolar AS per troy ons, dan kemudian melaju ke level 2.700 dolar AS per troy ons. 

“Ada indikasi harga emas dunia dalam dua hari ini akan mendekati level 2.600 dolar AS per troy ons. 2.600 adalah level yang cukup fantastis saat ini,” tutur dia. 

Ibrahim menjelaskan, setidaknya ada empat faktor yang memengaruhi penguatan harga emas dunia. Pertama yakni faktor spekulasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS pada minggu ini, pasca data pengangguran yang stagnan. Ada indikasi bahwa bank sentrak AS bukan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), tetapi 50 bps.

“Yang ditunggu oleh pasar adalah tentang pernyataan bank sentral sendiri, apakah setelah bulan September akan menurunkan suku bunga tambahan 110 bps totalnya, seandainya diturunkan menjadi 50 bps berarti tinggal 60 bps. Ini yang sedang ditunggu sehingga spekulasi penurunan suku bunga membuat indeks dolar kembali lagi mengalami pelemahan dan harga emas dunia mengalami penguatan,” jelasnya. 

Kedua, faktor Pilpres AS yang terus memanas, menyusul adanya percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump kembali. Kondisi itu membuat perpolitikan di AS kembali lagi memanas, sehingga dimanfaatkan oleh para speculator untuk melakukan kembali pembelian terhadap emas dunia sebagai safe haven. 

“Kita harus tahu bahwa kenapa sering terjadi percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump, yakni karena ada kemungkinan besar Pilpres di AS dimenangkan oleh Trump. Trump adalah anti yahudi, kemungkinan besar pada saat Trump memenangkan Pilpres di November yang pertama kali diurus adalah konflik di Timur Tengah kemungkinan akan diselesaikan, kemudian di Rusia-Ukraina juga kemungkinan akan diselesaikan hanya 1—2 hari,” tuturnya. 

Ketiga adalah faktor perlambatan ekonomi di China, paska permasalahan gagal bayar obligasi properti. Juga data neraca perdagangan yang baru-baru ini dirilis menunjukkan kejatuhan karena impor dan ekspor berkurang. Kondisi itu menandakan bahwa ekonomi di China saat ini mengalami kontraksi yang cukup luar biasa. 

Di sisi lain, pengangguran di China cukup besar dengan hampir 20 persen masyarakat di Negeri Panda mengalami PHK besar-besaran. Hal itu membuat pemerintah kemungkinan akan kembali menggelontorkan stimulus secara besar-besaran. 

Kemudian pada gilirannya bank sentral China pun akan menurunkan suku bunga secara bertahap. Tujuanya agar pengusaha-pengusaha China khususnya UMKM atau home industry untuk kembali bangkit dan kembali berproduksi. Sehingga ini yg akan mengangkat sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi di China.

“Terakhir (sentimen keempat) yakni negara-negara berkonflik, seperti China, Taiwan, Rusia, Eropa, dan Timur Tengah saat ini melakukan pembelian secara besar-besaran terhadap emas sebagai safe haven. Itu karena kalau seandainya terjadi perang besar atau perang dunia ketiga, mereka sudah mempersiapkan diri dengan cadangan emasnya,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement