Senin 09 Sep 2024 19:46 WIB

Cegah Pelemahan Kelas Menengah, Indef: BI tak Perlu Tunggu Suku Bunga The Fed Turun

Dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan hampir 10 juta orang kelas menengah.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi belanja kelas menengah.
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi belanja kelas menengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto berpendapat, Bank Indonesia (BI) perlu untuk segera menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate). Menurutnya, BI tidak perlu harus menunggu bank sentral AS atau The Federal Reserve menurunkan Fed Funds Rate (FFR)-nya terlebih dahulu.

“Tren suku bunga tinggi harus segera diakhiri menurut saya. Ini sudah saatnya. Sinyal-sinyal penurunan suku bunga AS semakin kelihatan, kita tidak perlu menunggu mereka menurunkan bunga dan lain-lain, baru kemudian kita take action,” kata Eko dalam diskusi Indef bertajuk ‘Kelas Menengah Turun Kelas’ yang digelar secara daring, Senin (9/9/2024).

Baca Juga

Perlunya penurunan BI Rate yang disampaikan oleh Eko merupakan salah satu rekomendasi Indef terhadap masalah anjloknya jumlah kelas menengah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan hampir 10 juta orang kelas menengah. Sehingga penurunan BI Rate dinilai sebagai momentum yang tepat untuk kembali menggairahkan pelaku usaha, terutama kelas menengah.

“Menurut saya sudah saatnya kembali menggerakkan sektor riil dengan salah satunya membanjiri likuiditas kredit bagi UMKM,” tuturnya.

Berdasarkan survei yang dilakukan Indef terhadap para netizen di media sosial X pada 16 Juni—6 Juli 2024, ada sebanyak lebih dari 377 ribu cuitan yang berbicara tentang pendapatan atau penghasilan. Hasilnya, warganet memiliki pandangan negatif terhadap potensi penghasilan mereka.

Diantara yang menarik, banyak netizen yang mengusulkan mencari penghasilan melalui bisnis. Itu mengonfirmasi data Indeks Ekspektasi Konsumen Bulan Juli Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan terjadi penurunan dari angka 139,0 pada Mei 2024, lalu 138,0 pada Juni 2024, berlanjut 137,7 pada Juli 2024.

“Mereka yang mengeluhkan soal penghasilan tidak naik-naik punya ide untuk bisa menambah penghasilan melalui bisnis. Jadi, sambutlah itu oleh sektor keuangan dengan penurunan suku bunga,” ujar Eko.

Diketahui sebelumnya, berdasarkan hasil pembahasan RDG BI pada 20—21 Agustus 2024, BI memilih mempertahankan BI rate sebesar 6,25 persen, suku bunga deposit facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 7 persen. Kebijakan itu diputuskan karena BI lebih mengutamakan kontinuitas stabilitas rupiah.

photo
Kelas menengah tergerus, ekonomi terancam - (Dok Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement