REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) merespon pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang mendorong penurunan impor LPG. Bahlil menegaskan berdasarkan arahan Presiden harus dilakukan hilirasasi di sektor tersebut.
Saat ditemui awak media di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Senin (19/8/2024) malam WIB, Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro angkat bicara terkait hal ini. Wiko mengakui di internal mereka langsung terjalin koordinasi setelah keluar pernyataan dari Menteri ESDM.
"Tadi ibu Dirut (Nicke Widyawati) juga menyampaikan ke direksi untuk upaya-upaya peningkatan produksi nasional, pemanfaatan LNG (Liquefied natural gas/gas alam cair) dan juga peningkatan produksi nasional LPG akan kita tindak lanjuti. Kami siap duduk bersama dengan pak Menteri bicara solusi peningkatan produksi tersebut," kata Wiko, ditulis pada Selasa (20/8/2024).
Ia menerangkan, ada dua sumber yang mengandung propana (C3) dan butana (C4). Itu merupakan bahan baku LPG. Pertama dari sumber gas alam langsung, dan yang kedua sebagian dari produksi kilang yang menghasilkan LPG.
Apakah potensinya besar? Ini dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan nasional. Sehingga impor bisa ditekan.
"Kemampuan produksi nasional memang masih jauh di bawah demand domestik, Oleh sebab itu kita harus memikirkan bersama-sama bagaimana mengalihkan ataupun mencari alternatif pasokan bahan bakar gas lainnya seperti jaringan gas Yang bisa kita maksimalkan. Juga dengan memanfaatkan gas alam yang ada, Kemudian transmisi gas yang kita miliki," ujar Wiko.
Mengenai harga, ia belum bisa berbicara angkanya. Itu harus melalui perumusan bersama antara Pertamina dengan pemerintah.Sebelumnya Bahlil menyinggung hilirasasi LPG saat memberikan sambutan perdana sebagai Menteri ESDM.
Ia menggantikan Arifin Tasrif. Serah terima jabatan berlangsung di Ruang Sarulla, kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Dalam pernyataannya, Bahlil menitikberatkan pada kerja sama. Ia hanya memiliki waktu bertugas selama dua bulan. Sehingga kolaborasi menjadi sangat vital di momen seperti ini.
"Kita nggak tahu apa yang terjadi di depan. Satu hal yang saya minta tolong ke bapak-ibu yang ada di sini, kita kerjasama yang baik. Yang sudah baik kita pertahankan, yang belum baik, tolong sampaikan ke saya," kata tokoh kelahiran Maluku Tengah itu.
Selanjutnya, ia terlebih dahulu meminta maaf, jika selama dua bulan ke depan, gaya bahasanya cenderung keras. Menurut Bahlil itu karena karakternya sebagai orang Indonesia Timur. Intinya, semoga tidak ada pihak yang tersinggung.
Lalu, berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto, dirinya harus melanjutkan optimalisasi peningkatan lifting minyak. Terutama di sumur-sumur idle (reaktivasi) yang dilaporkan SKK Migas.
"Jadi Ibu Dirut Pertamina (Nicke Widyawati), ini kita harus bicara detail. Karena lifting kita turun terus, konsumsi naik, import terus, barang kita ada. Kalau memang itu persoalannya ada diregulasi, apa yang kita harus ubah.Apa yang harus negara berikan agar kita kompetitif," ujar Bahlil.
Ia juga menyentil nama Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. Ia meminta data lengkap menindaklanjuti pernyataan Menteri ESDM sebelumnya, Arifin Tasrif. Ini terkait impor gas (LPG) yang terlalu banyak.
"Arahan Pak Presiden Prabowo sama Pak Jokowi. Segera kita membangun hilirisasi LPG. Nah nanti Dirut Pertamina jangan harga LPG dalam negeri ini lebih murah banyak sekali daripada import. Ini gak benar. Jadi ini tugas saya yang harus saya selesaikan dalam waktu dua bulan. Nanti kita duduk bareng. Jangan selisih harganya sampai 50 dolar atau 60 dolar. Itu berarti memberikan peluang impor yang masuk terlalu banyak," ujar Bahlil.
Perihal minerba, ia tak banyak bicara. Ia hanya meminta semua pihak melanjutkan hal baik dan program yang ditetapkan di era Arifin. Terakhir, ia tegas meminta semua dirjen di Kementerian ESDM agar semuanya berkantor di KESDM.
Bahlil mengatakan, saat ini mereka dituntut melakukan percepatan. Itu demi mencapai berbagai target di sisa waktu yang ada. Termasuk bagaimana mencari solusi menuju hilirisasi LPG tersebut.