Kamis 01 Aug 2024 13:45 WIB

BPS: Pada Juli 2024 Terjadi Deflasi 0,18 Persen Secara Bulanan

Deflasi Juli merupakan deflasi ketiga pada tahun ini.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Friska Yolandha
Pedagang bawang merah menunggu pembeli di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,21 persen secara Month-to-Month (MTM) pada bulan Agustus 2022 atau adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,8 pada Juli menjadi 111,57 pada Agustus dengan komoditas penyumbang deflasi berasal dari bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng dan daging ayam ras.
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Pedagang bawang merah menunggu pembeli di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,21 persen secara Month-to-Month (MTM) pada bulan Agustus 2022 atau adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,8 pada Juli menjadi 111,57 pada Agustus dengan komoditas penyumbang deflasi berasal dari bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng dan daging ayam ras.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi terbaru. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan data pada Juli 2024, terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan (month to month/mtm), atau penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 menjadi 106,09.

Lalu secara tahunan (year on year/yoy) pada Juli 2024 terjadi inflasi 2,13 persen. Ini dibandingkan dengan kondisi pada Juli 2023. Kemudian secara tahun kalender (year to date/YTD) BPS mencatat pada Juli 2024 terjadi inflasi sebesar 0,89 persen. Angka demikian dibandingkan situasi pada Desember 2023.

Baca Juga

"Deflasi bulan Juli 2024 ini lebih dalam dibandingkan Juni 2024, dan merupakan deflasi ketiga pada 2024," kata Amalia lewat konferensi pers di kantornya, Kamis (1/8/2024).

Ia menerangkan kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,97 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,28 persen. Berikutnya pakain dan alas kaki. Kelompok yang disebut terakhir tersebut menyumbang deflasi sebesar 0,11 persen dan memberikan andil inflasi nol persen.

Kemudian, lanjut Plt Kepala BPS, terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi, antara lain cabe rawit, dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen. Lalu emas perhiasan, kopi bubuk, kentang, sigaret kretek mesin dan sigaret kretek tangan, dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen. 

"Catatan lainnya adalah, kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,04 persen, atau mengalami inflasi sebesar 0,69 persen," ujar Amalia, menambahkan.

Beberapa peristiwa yang dapat memengaruhi indikator harga. Pertama perkembangan curah hujan. Pada Juni 2024, curah hujan rendah terjadi di sebagian wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kondisi demikian berlanjut hingga Dasarian II Juli 2024. Curah hujan rendah berdampak ke produksi holtikultura seperti cabai dan bawang.

Kedua, peningkatan produksi bawang merah. BPS mencatat pasokan dari sentra-sentra utama produksi, seperti Brebes, Kendal, Demak, Bima, dan Nganjuk kembali normal.

Ketiga, momen tahun ajaran baru. Kegiatan belajar mengajar kembali dimulai di sekolah-sekolah. "Ini merupakan momen tertentu yang dapat memengaruhi inflasi," ujar Amalia.

Terakhir, terkait dengan luas panen padi. Berdasarkan hasil kerangka sampel area (KSA)amatan Juni 2024, terjadi penurunan luas panen padi  pada Juni-Juli 2024, setelah melalui puncak panen pada April-Mei 2024.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement