REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Jumat (26/7/2024), Presiden Joko Widodo meresmikan operasional Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. KITB diharapkan bisa menjadi role model berbagai kawasan industri lainnya di seluruh tanah air.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengingat kembali tantangan global yang terjadi sejak 2019 lalu. Ada ketegangan geopolitik akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China, hingga pandemi Covid-19. Presiden melihat para pelaku industri global bakal melakukan relokasi pabrik dan membangun ekosistem industri baru di negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi baik, inflasi rendah, serta stabilitas ekonomi dan politik yang bagus.
"Saya merasakan itulah Indonesia yang banyak dilihat dari luar oleh para investor. Tetapi kalau kita tidak melakukan keputusan yang cepat dan melaksanakannya dengan cepat, peluang itu pasti akan hilang," kata Jokowi, seperti tertulis di setkab.go.id, dikutip Republika.co.id, Selasa (30/7/2024).
Presiden menyebutkan, total perencanaan luas wilayah KITB mencapai 4.300 hektare. KITB bisa menampung banyak pelaku industri dan membuka lapangan kerja baru. Ditargetkan sebanyak 250 ribu orang mengais rejeki di sana.
"Golnya ke situ karena memang kita harus membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya bagi rakyat kita. Dengan investasi yang sekarang masuk sudah Rp 14 triliun dan menyangkut kurang lebih 19 ribu pekerja. Ini baru awal-awal," ujar Jokowi.
Presiden menginstruksikan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, serta menteri terkait, juga direksi KITB untuk aktif memasarkan kawasan ini. Sejumlah pabrik mulai beroperasi di KITB, di antaranya KCC Glass, pipa plastik Wavin. Beberapa lainnya, menyusul dalam waktu dekat.
"Kita harapkan nanti di Agustus (2024) juga akan ada pembangunan industri anoda, September (2024) akan ada pembangunan industri katoda di sini, sehingga ini akan menjadi sebuah kawasan industri yang betul-betul efisien, dilirik oleh para investor dan bisa membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi rakyat kita," ujar Jokowi, menutup sambutannya.
Dalam konferensi pers di kantornya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menceritakan proses di balik pembangunan KITB Batang ini. Awalnya, pemerintah mengincar sebuah area di Brebes untuk dijadikan kawasan Industri, bukan di Batang. Rencana tersebut sudah disetujui berbagai pihak terkait pada 2020.
Bahlil ditunjuk untuk mengecek lokasi. Ia lalu datang ke Brebes. Saat meninjau area tersebut, ia mendapati fakta hingga membuat rencana berubah.
"Di 100 hektare pertama itu bagus. Tapi kan total di Brebes itu kalau ga salah 4600 an hektare. Kemudian saya cek masuk ke dalam, naik motor, jalan kaki. Ternyata lokasinya tidak sama dengan 100 hektare di depan. Dia lebih rendah 2,5 M dari permukaan jalan, dan itu mayoritas eks tambak udang, kedalamannya rata-rata 2-3 M," tutur Bahlil.
Dari fakta tersebut, menurutnya berat rasanya jika tetap menjadikan area itu sebagai kawasan industri terpadu. Pasalnya harus dilakukan reklamasi untuk menjadikan semuanya menjadi lebih baik.
"Karena itu dibuat dalam rangka menarik investor yang hengkang dari China waktu itu. Atau relokasi dari industri-industri yang ada di negara-negara seperti Korea, Jepang, dan sebagainya. Kemudian, intusisi saya sebagai mantan pengusaha, lahir. Pengusaha itu kan banyak akal," ujar Bahlil.
Ia kemudian memilih berkunjung ke Batang. Sesampainya di sana, ia bertemu Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani, dan Bupati Batang Wihaji. Dari pembicaraan tersebut, akhirnya didapatlah lokasi KITB ini.
Bahlil mengatakan pihaknya tak mau menunggu lama untuk mengeksekusi. Pasalnya situasi global sedang mendukung. Perang dangan AS-China berjalan terus. Indonesia harus menarik bagi para investor.
"Kalau saya tunggu FS (feasibility study), satu tahun belum tentu selesai. Akhirnya intuisi saya, saya pakai, dengan tim saya di kementerian Investasi. Saya arahkan mereka bikin dulu semi FS, dengan kerangka berpikir baik, karena saya sudah lihat lokasi," tutur Bahlil.
Ia mengatakan di KITB dekat dengan berbagai jalur transportasi. Ada perlintasan rel kereta api, kemudian bisa dibangun pelabuhan, lalu di sekelilingnya terdapat jalan tol. Jalur dari KITB ke Semarang, ibu kota Jawa Tengah, hanya satu jam menempuh perjalanan darat. Ini menjadi sesuatu yang diperhitungkan bagi para investor yang hendak memakai jasa pesawat di Bandar Udara Ahmad Yani.
Belum berhenti sampai di situ. Harga gasnya bakal berlanjut di angka 6 dolar AS per MMBTU bagi beberapa sektor industri. Maka tak ada langkah mundur.
"Kita memutuskan oke jalan. Itu spekulasi tinggi, menurut saya. Kita tetapkan jadi kawasan industri, dua minggu setelah kami menemukan lokasi itu, langsung presiden jokowi melakukan groundbreaking. Selesai groundbreaking baru kita membuat FS-nya. Itu maksud saya. Awalnya, pake intuisi dan setengah FS, setelah itu kita perbaiki dan kita buat FS-nya," tutur Bahlil.
Ia menilai setelah studi kelayakan selesai, tidak jauh berbeda dengan yang mereka pikirkan di awal. Ini proyek besar dengan investasi ratusan hingga ribuan triliun rupiah. Studi kelayakan tetap jadi acuan pembangunannya.
"Saat kawasan dibangun, promosi jalan. Total dilakukan Kementerian investasi. Di luar kelaziman. Cara-cara berpikir out of the box," ujar Bahlil.
Kini sejumlah pabrik sudah beroperasi di sana. Seperti yang disinggung Presiden di atas, ada pabrik kaca asal Korea Selatan, KCC Glass. Itu salah satu yang terbesar di dunia.
Rencananya, KCC Glass mulai produksi pada Oktober 2024. Lalu ada Yih Quann Footwear yang bergerak di bidang industri sepatu. Perusaan asal Taiwan itu, sudah melakukan ekspor produknya. Kemudian produsen Pipa asal Belanda, Wavin dan beberapa lainnya.
"Cek seluruh tanah jawa, KITB batang yang terbaik. Dari 4300 hektare, sudah laku 1000 hektare lebih. Total tenaga kerja yang kita targetkan 10 tahun ke depan, itu 250 ribu orang," kata Bahlil.