Jumat 19 Jul 2024 09:13 WIB

SCI: Tarif Kompetitif Tol Dorong Efisiensi Logistik hingga 50 Persen 

Konektivitas jalan tol berdampak penting untuk aliran logistik.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pengamat mengatakan tarif jalan tol yang kompetitif akan mendorong efisiensi transportasi logistik tanah air.
Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Pengamat mengatakan tarif jalan tol yang kompetitif akan mendorong efisiensi transportasi logistik tanah air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto mengatakan tarif jalan tol yang kompetitif akan mendorong efisiensi transportasi logistik tanah air. Sugi mengambil contoh Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) yang kini telah tersambung penuh dengan lima ruas jalan tol dalam jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2. 

"Jalan tol yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Pelindo Solusi Logistik Group melalui PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (PT CTP Tollways) ini sudah ditunggu banyak pihak cukup lama, termasuk industri transportasi dan logistik," ujar Sugi dalam  keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (18/7/2024).

Baca Juga

Sugi menyebut konektivitas jalan tol itu berdampak penting untuk aliran logistik, terutama untuk pengiriman ke wilayah selatan Jakarta sampai Bogor, Cianjur, Ciawi, dan Sukabumi yang selama ini tersentralisasi di akses simpang susun Cikunir dan JORR atau akses Halim, Cawang, dan Tol Jagorawi. Menurut Sugi, akses tol ini dapat mengurangi waktu tempuh antara 30-60 menit jika dibandingkan akses Cikunir dan Cawang. 

"Jika tarif tol kompetitif, maka efisiensi transportasi logistik bisa mencapai 30-50 persen yang diperoleh dari penurunan biaya operasional, biaya perawatan (maintenance), utilisasi aset, serta peningkatan kecepatan (lead time) pengiriman dan penurunan risiko kecelakaan," ucap Sugi. 

Sugi menilai JTCC bagi industri manufaktur akan memperlancar dan mempercepat proses pengiriman bahan baku (inbound), baik dari pelabuhan maupun pemasok lokal, juga pengiriman produk ke perusahaan-perusahaan pelanggan. Sugi menyampaikan peeningkatan akses dengan jalan tol itu akan mendorong pembangunan dan pengembangan kawasan industri di dekat jalan tol dengan akses khusus. 

"Beberapa ruas tol telah mendukung keberadaan sejumlah kawasan industri seperti jalan tol Japek, Jagorawi, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Merak, Surabaya-Malang, dan lain-lain," sambung Sugi. 

Bagi industri transportasi dan logistik, lanjut Sugi, keberadaan jalan tol berpotensi meningkatkan utilisasi armada, karena waktu tempuh pengiriman menjadi lebih cepat antara 30-50 persen. Sugi menyebut biaya operasional dan biaya pemeliharaan armada lebih efisien karena akses tol memungkinkan armada berjalan dalam kondisi yang konstan dalam kisaran kecepatan 60-80 km per jam.

"Secara nasional, keberadaan jalan tol akan mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan nasional atau jalan arteri, seperti jalan pantura, jalan arteri Cikopo-Padalarang, dan jalan lintas Sumatera. Hal ini juga berdampak terhadap pengurangan biaya pemeliharaan jalan nasional," lanjut Sugi. 

Sugi menyebut penggunaan jalan tol juga berpotensi menurunkan risiko kecelakaan karena pengurangan kontak armada transportasi dengan kendaraan roda dua dan lainnya. Sugi mengusulkan tarif JTCC untuk semua golongan maksimal 20-30 persen lebih tinggi dari tol JORR. 

"Jika terlalu mahal seperti Jalan Tol Pelabuhan dari Cibitung ke Priok, maka JTCC ini berpotensi kurang diminati penggunanya dan hanya digunakan sebagai alternatif emergency, bukan untuk kegiatan operasional rutin termasuk bagi pelaku transportasi dan logistik," kata Sugi. 

Menurut Sugi, tarif tol yang kompetitif akan mendorong pelaku usaha transportasi dan logistik untuk menggunakannya. Dengan begitu, potensi pendapatan operator jalan tol yang tinggi dapat diharapkan dari volume tinggi (jumlah yang banyak) kendaraan yang melaluinya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement