Selasa 16 Jul 2024 19:10 WIB

Israel Makin Diboikot, Perusahaan Amunisi dan Senjata Eropa Ogah Kirim Bahan Baku

Israel kini sudah rutin menerima pengiriman bahan baku senjata dari Serbia.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Warga Palestina mengungsi dari lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina mengungsi dari lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak serangan Israel ke jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, beberapa produsen amunisi dan pemasok bahan baku senjata memutuskan untuk menerapkan "embargo diam-diam dan tidak resmi" terhadap Israel. Hal tersebut dilaporkan oleh surat kabar milik Israel Kalkalist pada Selasa (16/7/2024).

Menurut laporan Kalkalist, beberapa pemasok senjata ke Israel asal Eropa telah menghentikan kontak dengan mitra dagang di Israel. Bahkan, salah satu negara yang merupakan mitra dagang Israel selain AS menolak memasok bahan baku untuk produksi amunisi setelah 7 Oktober 2023.

Baca Juga

Bisa disebut, kekuatan Israel saat ini bergantung pada bantuan militer yang diberikan oleh AS. Kementerian Pertahanan dan staf tentara Israel pun was-was dengan adanya boikot informal yang dilakukan mitra dagang Israel tersebut.

Sementara berdasarkan laporan dari harian NYT pada awal Juli ini, para tentara Israel di Jalur Gaza mulai menyimpan peluru tank. Hal tersebut dilakukan untuk berjaga-jaga bila tentara Israel harus melakukan kontak senjata dengan para pejuang Palestina yang telah menyerang wilayah utara negara itu. Laporan ini pun telah dikonfirmasi oleh Kalkalist.

Di tengah keputusasaan tersebut, industri pertahanan Israel disebut sudah menemukan pemasok baru dari negara di Balkan. Dalam laporan Kalkalist disebut Israel sudah rutin menerima pengiriman bahan baku senjata dari Serbia melalui udara di Tel Aviv.

Kalkalist menyebut, kerjasama dengan Serbia ini menjadi solusi bagi Israel untuk mengembangkan produksi pertahanannya. Namun, ini merupakan proses yang panjang dan mahal. Selain itu, jumlah amunisi yang diproduksi masih belum dapat memenuhi kebutuhan militer Israel.

Kalkalist juga menekankan bahwa selain konteks politik yang mempersulit impor senjata ke Israel, situasi di pasar global juga menjadi pertimbangan. Pasalnya, pasar ini sedang mengalami kekurangan amunisi, yang tidak hanya terjadi di Jalur Gaza tetapi juga di Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement