REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besaran impor barang dari Israel jauh lebih tinggi dibandingkan impor barang dari Palestina. Ekonom Eko Listiyanto mengatakan sejumlah faktor yang menjadi penyebab utama lebih besar impor produk Israel ketimbang Palestina.
"Itu karena impor dari Israel sebagian besar produk berteknologi tinggi seperti senjata," ujar Eko saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (2/7/2024).
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) itu menilai meski secara kuantitas impor dari Israel mungkin tidak terlalu besar, namun secara nominal cenderung tinggi mengingat harga produk senjata yang memang sangat mahal. Hal ini berbeda dengan barang yang diimpor dari Palestina yang cenderung memiliki nilai lebih rendah karena bukan produk berteknologi tinggi.
"Kalau (impor) Palestina biasanya minyak tapi belum besar nilai (impor) kita dengan Palestina. Kalau produk teknologi tinggi (Israel), barangnya kecil, harganya mahal jadi nilainya lebih tinggi sehingga kesannya lebih besar dari Palestina," ucap Eko.
Eko menyebut peningkatan aktivitas dagang Indonesia dengan Palestina memerlukan upaya lebih keras. Eko menilai ketidakstabilan di Palestina akibat serangan Israel berpengaruh besar dalam perekonomian Palestina. "Ekonomi bisa berkembang kalau ada rasa aman, stabilitas ini yang belum ada di Palestina, sehingga lebih banyak kerja sama yang sifatnya bantuan," lanjut Eko.
Eko mengatakan pelaku usaha Indonesia juga masih ragu untuk meningkatkan transaksi dengan Palestina karena rentannya masalah keamanan. Terlebih, upaya distribusi produk kerap terhalang oleh banyaknya blokade yang dilakukan Israel.
"Kalau bisa damai atau ada gencatan senjata, ini bisa memberikan peluang bagi produk Palestina ke Indonesia, maupun sebaliknya, untuk produknya mungkin saat ini yang bersifat kebutuhan dasar seperti pangan," kata Eko.

Rekomendasi
-
PIS Angkut 161 Miliar Liter BBM dan LPG Selama 2024
-
-
Jumat , 27 Jun 2025, 20:45 WIB
BTN Bukukan Laba Rp 1,19 Triliun per Mei, Tumbuh 3,31 Persen
-
Jumat , 27 Jun 2025, 20:35 WIB
Otorita IKN Tata Kawasan dengan APBN Rp 313,2 Miliar pada 2025
-
Jumat , 27 Jun 2025, 19:49 WIB
Ekonom Soroti Lonjakan Surplus BI 2024 Capai Rp 52,19 Triliun
-
Jumat , 27 Jun 2025, 19:27 WIB
Kasus Pengadaan EDC Diselidiki KPK, BRI Jamin Transaksi Nasabah Aman
-