Jumat 28 Jun 2024 14:17 WIB

Hingga Mei 2024, Belanja Bansos Tembus Rp 70,5 Triliun

Belanja negara berkualitas jadi bentuk kehadiran negara dalam penguatan ekonomi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Seorang anak membawa beras yang dibeli saat penyelenggaraan program Bulog Siaga di Jalan Jambu, Mulyaharja, Kota Bogor, (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang anak membawa beras yang dibeli saat penyelenggaraan program Bulog Siaga di Jalan Jambu, Mulyaharja, Kota Bogor, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan belanja bantuan sosial (bansos) pemerintah pusat sudah menembus Rp 70,5 triliun. Realisasi belanja bansos ini meningkat 12,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) sebesar Rp 62,5 triliun.

"Realisasi belanja bansos meningkat (yoy) utamanya dipengaruhi oleh penyaluran bansos Kartu Sembako untuk dua bulan sekaligus pada bulan Mei (periode Mei dan Juni 2024)," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Juni 2024, Kamis (27/6/2024).

Baca Juga

Berikut rincian pemanfaatan bansos pemerintah per Mei 2024:

- Kemensos Rp 37,4 triliun : Penyaluran PKH 10 juta KPM dan kartu sembako bagi 18,7 juta KPM

- Kemenkes Rp 19,3 triliun : Bantuan iuran PBI JKN bagi 96,8 juta peserta

- Kemdikbudristek Rp 11,9 triliun : Bantuan PIP bagi 8 juta siswa dan-KIP Kuliah bagi 766,7 ribu mahasiswa

- Kemenag Rp 1,6 triliun : Bantuan PIP bagi 1,5 juta siswa dan KIP-Kuliah bagi 47 ribu mahasiswa

- BNPB Rp 0,1 triliiun : Tanggap darurat

Belanja negara yang berkualitas menjadi bentuk kehadiran negara untuk penguatan ekonomi sekaligus meningkatkan ketahanan fiskal. Sri Mulyani juga mengimbau untuk mewaspadai pergerakan pasar keuangan domestik karena volatilitas politik global. Pasalnya, hingga kini kondisi ekonomi global masih dibayangi dengan ketidakpastian lantaran eskalasi konflik dan friksi antarnegara yang menunjukkan tren peningkatan.

"Lingkungan ekonomi global dan nasional yang memengaruhi kinerja dan membuat APBN bekerja keras untuk terus menjalankan fungsi alokasi, stabilisasi, dan distribusi untuk menjaga masyarakat dan perekonomian kita," ujar Sri Mulyani.

Adapun, pergerakan nilai tukar rupiah mencapai Rp16.431 pada Mei 2024 dan bahkan mengalami peningkatan baik karena sentimen di dalam negeri maupun global. Selain itu, suku bunga Federal Reserve juga belum mengalami penurunan 4 hingga 5 kali seperti yang diharapkan market.

"Ini yang menyebabkan ekspektasi market yang kecewa atau yang tidak tersampaikan kemudian menimbulkan suatu reaksi, terutama terlihat pada April lalu hingga Mei, kalau Mei ditambah faktor domestik kita kemudian menyebabkan penguatan dolar indeks yang kemudian menyebabkan depresiasi dari mata uang termasuk rupiah kita," jelas Sri Mulyani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement