Rabu 12 Jun 2024 15:14 WIB

Survei Microsoft dan LinkedIn Sebut CEO di Indonesia Suka Adopsi AI

92 persen knowledge workers di Indonesia sudah menggunakan generative AI.

Rep: Eva Rianti/ Red: Lida Puspaningtyas
Logo Microsoft.
Foto: AP Photo/Dita Alangkara
Logo Microsoft.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Microsoft dan Linkedin merilis data laporan global Work Trend Index 2024 mengenai penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) di dunia kerja. Diantara temuannya adalah persentase pemimpin di Indonesia yang percaya perusahaannya perlu mengadopsi AI lebih tinggi dibandingkan angka Global.

Laporan tersebut bertajuk ‘AI at work is here. Now comes the hard part’, dihasilkan melalui survei terhadap 31.000 orang di 31 negara termasuk Indonesia. Juga melalui tren ketenagakerjaan dan perekrutan di Linkedin, triliunan sinyal produktivitas Microsoft 365, serta riset bersama pelanggan yang berasal dari perusahaan Fortune 500.

Baca Juga

Laporan menunjukkan, 92 persen pemimpin di Indonesia percaya pentingnya adopsi AI untuk menjaga keunggulan kompetitif perusahaan. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan data global sebesar 79 persen dan Asia Pasifik dengan angka 84 persen.

Meski demikian, 48 persen merasa khawatir kepemimpinan di organisasinya masih belum memiliki visi dan rencana untuk menerapkan AI dalam perusahaan. Angka itu lebih rendah dibandingkan angka global 60 persen dan angka Asia Pasifik 61 persen.

 

Laporan juga menunjukkan bahwa 92 persen knowledge workers di Indonesia sudah menggunakan generative AI di tempat kerja. Angka itu lebih tinggi dibandingkan angka global (75 persen) dan Asia Pasifik (83 persen).

“Temuan itu mencerminkan kuatnya minat Indonesia untuk memanfaatkan teknologi AI guna menghasilkan dampak bisnis. Serta menandakan potensi munculnya budaya baru dalam sektor ketenagakerjaan Indonesia yang didorong oleh AI,” kata Presiden Direktur Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir dalam siaran persnya, Rabu (12/6/2024).

Dharma mengatakan, saat ini tengah berlangsung era transformasi AI yang menunjukkan perlunya berkreasi dan berinovasi yang jauh lebih cepat. Menurutnya, kecepatan Indonesia dalam beradaptasi dan bertumbuh di era ini menunjukkan posisi yang tepat untuk merealisasikan peluang ekonomi digital di Indonesia dan kemudian memberi dampak positif bagi masyarakat luas. 

“Kuncinya sekarang ada pada bagaimana kita mampu menyalurkan antusiasme tersebut menjadi transformasi AI bisnis yang nyata, dengan melakukan tiga hal. Pertama, identifikasi masalah bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya. Kedua, ambil pendekatan top-down dan bottom-up. Ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu,” jelasnya. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement