Senin 22 Apr 2024 23:41 WIB

Presdir BCA: Bunga The Fed Kemungkinan tidak Turun Dalam Waktu Dekat

Skenario suku bunga tinggi dalam jangka waktu panjang lebih memungkinkan

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja.
Foto: Tangkapan Layar
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur (Presdir) PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja memperkirakan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dalam waktu dekat.

"Kalau dilihat higher for longer, saya percaya bahwa paling tidak, tahun ini (penurunan suku bunga The Fed) tidak terjadi dalam waktu singkat. Mei atau Juni itu tidak akanlah mereka menurunkan suku bunga," kata Jahja saat konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Jahja mengatakan skenario suku bunga tinggi dalam jangka waktu panjang atau higher for longer lebih memungkinkan terjadi mengingat ekonomi AS saat ini cukup baik dengan tingkat pengangguran (unemployment) yang terkendali meskipun inflasi masih belum mencapai target 2 persen.

"Jadi mereka (AS) mungkin tahun ini pun akan menunggu, apakah Desember atau bahkan bisa lebih ekstrem tahun depan baru mulai menurunkan suku bunga," ujar dia.

Selain itu, Jahja juga mengingatkan bahwa AS akan menghadapi dilema mengingat Treasury Amerika Serikat (AS) senilai sekitar 7 triliun dolar AS jatuh tempo pada tahun ini. Hal itu dinilai menambah tekanan pada suku bunga.

"Kalau bunga atau kupon yang ditawarkan tidak terlalu menarik, ini bisa jadi pertanyaan juga nanti siapa yang akan membeli treasury bills itu. Ini juga salah satu dilema yang akan dihadapi oleh Amerika," kata dia.

Jahja mengatakan suku bunga The Fed yang dipertahankan di level tinggi tidak hanya dapat berdampak bagi Indonesia melainkan juga dunia. Negara-negara lain, imbuh dia, juga akan berat untuk menurunkan suku bunga apabila The Fed masih tetap mempertahankan di level 5,25-5,50 persen.

"Akan berisiko kalau suku bunga AS tetap tidak turun, negara lain yang turunkan bunga akan memperlemah currency-nya. Kecuali mereka memiliki strategi dagang dengan ekspor yang lebih besar," kata Jahja.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement