Rabu 03 Apr 2024 23:39 WIB

BYD Raih Penjualan Mobil Listrik Terbesar di Dunia Tapi Sahamnya Anjlok, Kenapa Ya?

Saham BYD merosot 6,1 persen di Hong Kong.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
Saham BYD merosot 6,1 persen di Hong Kong setelah produsen mobil itu melaporkan laba bersih tahun 2023 sebesar 30,04 miliar yuan.
Foto: REUTERS
Saham BYD merosot 6,1 persen di Hong Kong setelah produsen mobil itu melaporkan laba bersih tahun 2023 sebesar 30,04 miliar yuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun BYD Co mampu menyalip Tesla Inc dalam tiga bulan terakhir tahun 2023 sebagai penjual mobil listrik terbesar di dunia dan menargetkan kenaikan penjualan sebesar 20 persen tahun ini. Namun pembukuan laba bersih justru tepat di bawah proyeksi analis yang memicu aksi jual saham terburuk.

Saham BYD merosot 6,1 persen di Hong Kong setelah produsen mobil itu melaporkan laba bersih tahun 2023 sebesar 30,04 miliar yuan (Rp 66,2 triliun) untuk 2023. Meskipun angka tersebut merupakan titik tengah dari perkiraan awal sebesar 29 hingga 31 miliar yuan yang diberikan pada Januari, hasil tersebut meleset dari perkiraan rata-rata para analis sebesar 30,94 miliar yuan.

Baca Juga

Perusahaan yang bermarkas di Shenzhen itu menyampaikan kepada para analis mengenai tujuan penjualan tersebut. Analis Morgan Stanley mengutip angka itu dalam sebuah laporan, mengatakan bahwa BYD yakin akan laba yang stabil 2024 ini, dan menyebut angka itu sudah mengesankan dengan latar belakang sektor yang penuh tantangan. Saham BYD naik 11 persen tahun lalu.

Sebagai pemimpin industri, BYD mungkin kesulitan mempertahankan pangsa pasarnya karena perubahan musiman dalam penjualan selama liburan Tahun Baru Imlek di Tiongkok, di mana penjualan BYD terkonsentrasi. Pada saat yang sama, pesaing yang lebih kecil seperti Li Auto Inc dan Zhejiang Leapmotor Technology Co, mengalami lonjakan saham karena melampaui ekspektasi pendapatan.

Melansir Fortune, target pertumbuhan 20 persen ini berarti akan ada 3,6 juta penjualan kendaraan pada 2024. Prospek ekspor BYD sangat kuat, dengan target menjual 500 ribu kendaraan di luar Tiongkok pada tahun ini, dan kemudian menggandakannya pada 2025.

BYD menjual 3,02 juta kendaraan listrik dan hibrida tahun lalu (sebuah rekor) termasuk 942 ribu pada kuartal terakhir untuk memenuhi target tahunannya. Diskon pada periode itu termasuk pemberian insentif kepada dealer menyebabkan laba bersih turun kuartal-ke-kuartal menjadi 8,67 miliar yuan.

Kinerja luar biasa ini memberikan BYD margin kotor sebesar 20,2 persen pada 2023, lebih tinggi dari Tesla untuk pertama kalinya sejak 2017, yang mengumpulkan 18,2 persen sebagai tingkat terburuk sejak 2019.

Perusahaan ini tidak hanya membuat kendaraan listriknya sendiri, namun juga memproduksi lebih banyak komponen kendaraan listrik, termasuk baterai kendaraan dan chip semikonduktor. Sehingga itu membuat harga kendaraan listriknya lebih terjangkau, berkat komitmen jangka panjangnya untuk menjadi produsen mobil yang sangat terintegrasi.

Tahun ini, produsen mobil tersebut telah memulai putaran kedua perang harga mobil di China, dengan mengabaikan sebagian besar produknya karena berupaya meyakinkan pembeli untuk beralih dari mobil berbahan bakar bensin ke kendaraan listrik.

Data dari portal mobil China 16888.com yang dianalisis oleh Bloomberg News, menunjukkan BYD telah memangkas harga lebih dari 100 versi model yang ada mulai Desember, dan meluncurkan kembali 70 model trim dengan harga lebih murah. Model termurahnya, hatchback Seagull, kini hanya seharga 69.800 yuan (Rp 153,8 juta).

BYD juga bergerak ke pasar mewah, bulan lalu meluncurkan kendaraan termahalnya. Supercar listrik performa tinggi seharga 1,68 juta yuan (Rp 3,7 miliar), yang dipadukan dengan simbol status yang ditawarkan oleh pesaingnya seperti Ferrari NV dan Lamborghini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement