REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding Perkebunan melakukan sejumlah persiapan perbaikan di beberapa pabrik gula untuk menuju percepatan swasembada gula pada 2024. Direktur Utama PTPN III Holding Perkebunan Moh Abdul Ghani, di Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (22/3/2024) malam mengatakan bahwa saat ini PTPN sedang melakukan langkah perbaikan dan pengelolaan perusahaan yang berorientasi untuk mendukung Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol.
"PG Sragi Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah merupakan salah satu pabrik gula yang dimiliki PT Sinergi Gula Nusantara menjadi tujuan dalam program perbaikan untuk menuju percepatan swasembada gula," katanya.
Pada peraturan presiden tersebut, Presiden menugaskan kementerian lembaga bersama-sama untuk menyusun program kegiatan secara jelas dan rinci tentang kemandirian gula dan konsumsi pada 2028 serta kemandirian gula konsumsi industri makanan dan minuman 2030.
Menurut dia, PTPN sebagai leading sector perlu melakukan perbaikan internal seperti di Jawa Timur, yaitu melakukan produksi tanaman (on farm) dan membuat uji coba agar target 8 ton gula pada 2024 dapat tercapai dibanding tahun sebelumnya 5,5 ton gula dengan lahan seluas 16 ribu hektare. Selain itu, kata dia, PTPN juga memberikan pelatihan pada para petani gula di Yogyakarta sebagai upaya pencapaian swasembada gula.
"Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan swasembada gula, maka rakyat harus dilibatkan agar mereka mau menanam tebu. Kuncinya pastikan rakyat usaha taninya menguntungkan," katanya.
Dia menyebutkan, beberapa cara agar rakyat usaha taninya menguntungkan, bisa dilakukan dengan menetapkan acuan harga gula yang berkeadilan karena pemerintah tidak hanya memperhitungkan kepentingan konsumen dan inflasi agar tidak naik.
"Saat ini pemerintah sudah bagus dalam menetapkan harga gula, karena juga memperhitungkan pendapatan petani dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi 2024 sebesar Rp14.500 per kilogram," kata dia.
Moh Abdul Ghoni memperhitungkan jika petani mampu menaikkan produk gula dari 5,5 ton menjadi 8 ton gula, maka pendapatan mereka dari Rp 5 juta per hektare per tahun menjadi Rp 47 juta seiring dengan naiknya HET gula.
"Apabila petani mampu memperbaiki kultur teknis menanam tebu, maka progres maupun pendapatan dipastikan akan meningkat," katanya.