Selasa 19 Mar 2024 18:25 WIB

Kontribusi BUMN Capai 21,9 Persen Terhadap Total Penerimaan Negara Tembus Rp 81 Triliun

Kontribusi BUMN terhadap penerimaan fiskal naik dari Rp 39 triliun jadi Rp 81 triliun

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ditemui usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (19/3/2024).
Foto: ANTARA/Maria Cicilia Galuh
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ditemui usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (19/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan kontribusi BUMN kepada negara terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Erick menyampaikan penerimaan negara dari BUMN dalam bentuk pajak, dividen dan PNBP lainnya sudah mencapai 21,9 persen dari total pendapatan negara di luar hibah untuk 2023.

"Kontribusi BUMN terhadap penerimaan fiskal ini meningkat terutama akibat pertumbuhan dividen yang meningkat dari Rp 39,7 triliun di 2022 menjadi Rp 81,2 triliun pada 2023," ujar Erick usai rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Erick menyebut kinerja apik ini dilandasi oleh realisasi estimasi laba bersih unaudited sebesar Rp 292 triliun. Erick mengatakan estimasi laba bersih ini tumbuh 15 persen dibandingkan angka laba bersih tahun 2022 sebelum laba non-recurring Garuda.

"Angka-angka laporan keuangan gabungan sedang dalam proses audit yang diharapkan akan selesai pada Mei-Juni 2024 seiring penyelesaian audit masing-masing BUMN," ucap pria kelahiran Jakarta tersebut.

Tak hanya itu, Erick mengatakan proporsi dividen BUMN saat ini lebih besar daripada penyertaan modal negara (PMN). Hal ini tentu merupakan kabar yang menggembirakan bagi kinerja dan kontribusi BUMN terhadap negara. 

“Sudah dirapatkan sebelumnya, ada Rp 13,6 triliun untuk PMN itu bagian dari alokasi cadangan investasi tahun 2024 yang kalau kita lihat kumulatif sudah disepakati kemarin, dan dividennya Rp 81,2 triliun. Jadi, antara PMN dan dividen kan jauh nilainya," lanjut Erick.

Dalam paparannya, Erick membeberkan sebaran realisasi dan usulan PMN tunai 2020-2024 dengan total sebesar Rp 226,1 triliun. Rinciannya, Rp 27 triliun pada 2020, Rp 68,9 triliun pada 2021, Rp 53,1 triliun pada 2022, Rp 35,3 triliun pada 2023, dan Rp 41,8 triliun pada 2024.

Sementara, total realisasi dan usulan dividen 2020-2024 sebesar Rp 279,7 triliun atau lebih besar dari PMN. Adapun rincian dividen pada 2020 sebesar Rp 43,9 triliun, Rp 29,5 triliun pada 2021, Rp 39,7 triliun pada 2022, Rp 81,2 triliun pada 2023, Rp 85,5 triliun pada 2024.

"Cuma, untuk tahun depan saya mempersiapkan, siapa pun menterinya paling tidak sudah punya catatan buat PMN dan dividen berikutnya," sambung Erick. 

Erick tak ingin penerusnya nanti kebingungan dalam melihat data PMN dan dividen. Hal ini merupakan hal yang penting untuk menetapkan target besaran PMN dan dividen berikutnya. 

"Seperti waktu saya menjabat pertama kali menjadi menteri, saya sempat bingung ketika oh ini PMN berapa, dividen berapa, saya enggak tahu. Paling tidak siapa pun menterinya itu dia punya catatan, hari ini PMN dan dividen sekian," ujar Erick. 

Erick juga merencanakan target dividen dan PMN dibuat secara jangka panjang. Dengan begitu, ucap Erick, BUMN dapat melakukan langkah strategis lebih matang dalam meningkatkan kontribusi untuk negeri. 

"Jadi siapa pun yang akan masuk dia tidak benar-benar blank, tidak ngerti, tapi sudah bisa nuntunin apa yang kita lakukan saat ini," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement