Selasa 30 Jan 2024 17:57 WIB

Rupiah Melemah Bukan karena Menteri Mau Mundur, Ini Menurut Gubernur BI

Dua faktor utama pengaruhi pelemahan, yakni fundamental dan pemberitaan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Tangkapan Layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: Tangkapan Layar
Tangkapan Layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menjelaskan soal pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS. Ia menyebutkan, ada dua faktor utama yang memengaruhi pelemahan itu, pertama terkait fundamental dan kedua, pemberitaan.

Secara fundamental, kata dia, perekonomian Indonesia cukup baik di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian. Itu karena, neraca perdagangan nasional terus surplus, itu berarti hasil ekspor lebih banyak dari permintaan valuta asing (valas). Kemudian, pertumbuhan Indonesia tinggi dengan tingkat inflasi rendah.

Baca Juga

"Imbal hasil SBN (Surat Berharga Negara) pun baik. Dari faktor fundamental ini seharusnya tren kecenderungan (kurs rupiah)," jelas dia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Hanya saja, lanjut Perry, mata uang rupiah bisa tertekann jika dalam jangka pendek ada faktor berita.

Faktor tersebut, kata dia, tidak hanya menekan rupiah, tapi juga mata uang sejumlah negara lain. Ia menyebutkan, salah satu berita yang sangat berpengaruh yaitu Fed Fund Rate (FFR) yang diprediksi akan turun.

"Tapi ternyata data terakhir FFR, FOMC (Federal Open Market Committee) nggak buru-buru turunkan FFR. Itu karena, personal spending (di AS) masi tumbuh bagus dan inflasi intinya belum turun di bawah sasaran," jelas Perry. 

Maka, sambungnya, kemungkinan FFR belum akan turun pada semester pertama tahun ini. Bank Indonesia (BI), tegas dia, akan terus memantau pergerakan suku bunga acuan AS tersebut.

"Kita monitor minggu ini. Ini faktor berita yang membuat rupiah melemah, dolar AS menguat lagi di atas 103 indeks dolar AS, sehingga seluruh mata uang dunia melemah tidak terkecuali rupiah," tutur Perry.

Berita berikutnya yang menjadi perhatian investor dan memengaruhi kurs rupiah yakni tensi geopolitik di Timur Tengah dan di Laut China. Dijelaskan, kebijakan regulator China menghentikan peminjaman saham tertentu.

Perlu dketahui, sebelumnya mata uang Garuda mengalami pelemahan. Rupiah diperdagangkan pada level tertinggi Rp 15.600 dan terendah Rp 15.845 per dolar AS sepanjang pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement