Selasa 30 Jan 2024 17:03 WIB

Beragam Alasan Belanja Daring Kian Jadi Pilihan

Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku konsumen.

Warga menunjukan promosi potongan harga Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di aplikasi belanja daring di Jakarta, Selasa (12/12/2023). Kementerian Perdagangan menargetkan Rp25 Triliun untuk transaksi belanja daring di periode Harbolnas 12.12 yang diselenggarakan 10-12 Desember 2023.
Foto: ANTARA FOTO/ Erlangga Bregas Prakoso
Warga menunjukan promosi potongan harga Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di aplikasi belanja daring di Jakarta, Selasa (12/12/2023). Kementerian Perdagangan menargetkan Rp25 Triliun untuk transaksi belanja daring di periode Harbolnas 12.12 yang diselenggarakan 10-12 Desember 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (AKUMINDO) Harris Sofyan Hardwin dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (30/1/2024, menyatakan bahwa sebuah survei mencatat, sebanyak hampir 50 persen konsumen memilih berbelanja secara daring karena menghemat waktu dan tenaga.

"Lebih menghemat waktu karena konsumen tidak perlu keluar rumah. Tidak perlu bermacet-macetan khususnya mereka yang tinggal di Jabodetabek, dan mudah untuk membandingkan harga. Selain itu, barang yang dijual beragam dengan perbandingan harga lebih baik karena sekarang di niaga-el masing-masing toko sudah menetapkan harga," ujar Harris.

Baca Juga

Harris menjelaskan, dalam sebuah survei yang dilakukan bersama Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) pada tahun 2022, tercatat sebanyak 88 persen pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan pendapatan. Kemudian sebanyak 82 persen menyatakan mendapatkan jangkauan pelanggan yang lebih luas.

"Selain itu, pelaku UMKM menyatakan jumlah orderan mereka meningkat dan jumlah pelanggan bertambah. Ada juga beberapa UMKM yang menyatakan bahwa jumlah toko mereka meningkat, sejalan dengan meningkatnya jumlah karyawan sehingga hal ini menjadi salah satu pembuka lapangan pekerjaan," papar Harris.

Lebih lanjut dia menuturkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku konsumen yang tadinya pergi berbelanja ke toko menjadi berbelanja dari rumah dengan menggunakan gawai pintar. "Tinggal klik, barang datang sampai ke rumah. Pengguna niaga-el di Indonesia sebelum adanya Covid tercatat sekitar 93 juta pengguna aktif. Setelah Covid, angkanya meningkat menjadi 118 juta pada tahun 2019. Data yang kami dapatkan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika terdapat sekitar 196,4 juta pengguna niaga-el di Indonesia pada akhir 2023," ungkap dia.

Mengutip data Bank Indonesia, perkembangan atau tren belanja daring pada sektor niaga-el cukup lumayan tinggi. Nilai transaksi pada tahun 2018 sebelum Covid mencapai hanya sekitar Rp 106 triliun. Tetapi setelah pandemi atau 2019, angka tersebut mengalami kenaikan dua kali lipat yaitu mencapai Rp 206 triliun.

"Kemarin pada 12.12, nilai transaksi niaga-el mencapai Rp 533 triliun yang merupakan peningkatan signifikan. Dari pihak BI berharap terus ada peningkatan karena hal ini juga didukung faktor pengguna niaga-el yang semakin hari juga meningkat," kata Harris. 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement