Selasa 23 Jan 2024 07:09 WIB

Kunjungi Belanda, Menkop Tinjau E-Commerce Fulfillment Center

UKM telah berkontribusi lebih dari 97,2 persen terhadap penciptaan pekerjaan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, melakukan kunjungan kerja ke Zutphen, Den Haag, Belanda. Kunjungan itu bertujuan meninjau kegiatan e-Commerce Fulfillment Center.

Teten mengapresiasi inisiasi kehadiran Indonesia In Your Hand dalam e-Commerce Fulfillment Center yang menjadi jembatan bagi produk Indonesia go global. Terutama gunq mendukung produk lokal menembus pasar Eropa.

Baca Juga

Indonesia In Your Hand merupakan sebuah marketplace yang khusus menjual produk Indonesia di luar negeri dan memiliki kantor di Amsterdam, Belanda dan Sydney, Australia. Dengan adanya keberadaan e-commerce Fulfillment Center, Zutphen menjadi kota industri logistik di Belanda, yang berfungsi sebagai Pan-European Logistic Hub.

“Saya mengapresiasi langkah inisiatif Indonesia in Your Hand yang telah beroperasi di Belanda. Hal ini menjadi langkah solutif untuk membantu memasarkan produk industri dan UKM lokal, yang ingin produknya Go Global, terutama yang produknya sesuai dengan market Eropa,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (22/1/2024).

Teten mengatakan, saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan dalam digitalisasi produk, yakni biaya ongkos logistik terbilang mahal. Hal tersebut karena proses untuk pembelian atau pengiriman barang masih dilakukan secara end-to-end antara penjual dan pembeli secara langsung, yang menyebabkan tidak ada subsidi dan tidak ada kemudahan yang diberikan oleh platform.

“Untuk itu diperlukan sebuah media atau platform untuk mengatasi permasalahan-permasalahan logistik tersebut dengan Fulfillment Center UMKM,” katanya.

Ketika pengiriman produk masih bersifat mandiri, kurangnya infrastruktur logistik, IT, dan konektivitas laut, darat, dan udara adalah penyebab biaya logistik mahal.

Sebanyak 47,8 persen UMKM, kata dia, mengalami kesulitan pengiriman karena lokasi penerima jauh dari lokasi penjual. Maka itu, durasi pengiriman yang cepat membantu ketahanan barang khususnya bagi UMKM makanan.

Ia memaparkan, lewat mempelajari cara kerja Fulfillment Center yang berlokasi di negara maju seperti Belanda, yang sudah memiliki infrastruktur secara mumpuni. Diharapkan Indonesia dapat mengadopsi cara-cara itu agar mampu membangun kawasan Fulfillment Center UMKM yang ideal. Dengan keberadaannya, biaya logistik, biaya pengemasan, hingga inventory bisa ditekan dan lebih hemat serta menjangkau dengan lebih efisien.

“Pada akhirnya, keberadaan Fulfillment Center akan mampu mendorong penurunan harga produk UMKM dan meningkatkan daya beli masyarakat tanpa mengabaikan kualitasnya,” kata Teten. Lebih jauh Menkop menekankan, dalam hal populasi, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat.

Pada 2023, populasi Indonesia mencapai 278,69 juta orang. Dalam hal perkembangan, Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi negara maju pada 2030. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan daya saing Indonesia.

Infrastruktur untuk konektivitas dan inovasi menjadi prioritas Pemerintah, banyak pencapaian yang telah dicapai di bidang infrastruktur. Dalam hal pertumbuhan ekonomi, di antara negara-negara G-20, Indonesia adalah yang kedua terbesar setelah China, yang pertumbuhan ekonominya adalah 5,3 persen.

“Saya yakin pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dipertahankan sekitar 4,5-5,3 persen. Indonesia juga berhasil memimpin G20 pada tahun 2022. Tahun 2023, Indonesia juga menjadi Presidensi ASEAN,” katanya.

Dalam kaitannya dengan kerja sama dan pembangunan UKM, dalam kepemimpinannya, Kementerian Koperasi dan UKM. Kemenkop telah mencoba yang terbaik untuk mempromosikan koperasi modern dan harus terlibat dalam ekonomi digital, demikian juga UKM. Disebutkan, pada 2009 ada 52,77 juta UKM dan pada tahun 2013 telah menjadi 57,9 juta UKM atau tumbuh sekitar 2,41 persen per tahun dan tahun 2023 telah mencapai 64 juta UKM.

Peran UKM, lanjutnya, tidak hanya ke pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bagi penciptaan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan. UKM telah berkontribusi lebih dari 97,2 persen terhadap penciptaan pekerjaan dan 60,5 persen untuk GDP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement