REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture (FAO) bekerja sama mencetak petani-petani muda. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, kerjasama ini untuk menjawab tantangan krisis sumber daya manusia di sektor pertanian yang dinilai bisa mengancam ketahanan pangan global dan nasional.
Data sensus pertanian 2023 menunjukkan 42 persen petani Indonesia merupakan generasi X usia 43-58. “Permasalahan global dalam mewujudkan food security adalah regenerasi petani,” kata Moeldoko usai menandatangani nota kesepahaman Program Korporasi Teknis (TCP) bersama FAO Representative Indonesia and Timor Leste, Rajendra K. Aryal, di gedung Bina Graha Jakarta, dikutip pada Selasa (16/1/2024).
FAO akan memberikan bantuan teknis kepada Indonesia dalam program pemberdayaan anak-anak muda di sektor pertanian. Moeldoko menjelaskan pemberdayaan anak-anak muda di bidang pertanian akan dilakukan dengan memberikan berbagai pelatihan terutama penggunaan teknologi digital dalam mengelola pertanian melalui konsep smart farming. Pada tahap awal, pelatihan akan melibatkan anak-anak muda di Pramuka dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
“Karena secara nyata kita sudah membuat program percontohan di Cibubur, Presiden juga sudah ke sana. Tujuannya agar anak muda paham pertanian lalu mencintainya karena pertanian bukan hanya untuk kebutuhan perut, ini bisa berdampak ke kestabilan politik dan lainnya,” kata Moeldoko menjelaskan.
Lebih lanjut, ia menyampaikan program pemberdayaan anak-anak muda di bidang pertanian ini akan dikawal oleh Kantor Staf Presiden, FAO, Badan Pangan Nasional Kementerian Pertanian, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bank Indonesia, dan Pertamina. Sementara untuk pelaksanaannya melibatkan berbagai stakeholder, seperti HKTI dan Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka.
Moeldoko mengungkapkan terwujudnya bantuan teknis FAO dalam pemberdayaan anak-anak muda di bidang pertanian di Indonesia berawal dari kunjungan kerjanya di forum FAO, di Roma, pada 21 Oktober 2023.
Saat itu, mantan panglima TNI itu menyampaikan pentingnya regenerasi petani yang saat ini sudah menjadi permasalahan dunia. Di satu sisi, pertumbuhan dunia meningkat, tapi di sisi lain tanah, hasil, dan pelaku pertanian terus menurun.
Menyikapi kondisi tersebut, menurut Moeldoko, ia menginisiasi gerakan anak–anak muda untuk bertani dengan cara-cara baru, yakni smart farming dengan menggunakan teknologi digital.
“Saya sampaikan langkah konkret anak muda di sektor pertanian, Dirjen FAO pun tertarik dan memberi bantuan dalam bentuk technical corporation programme,” ucapnya.
Menurutnya, kolaborasi diperlukan untuk regenerasi petani. Sebab, krisis pangan sudah mengancam dunia. “Kolaborasi besar harus dilakukan untuk regenerasi petani, karena ancaman krisis pangan sudah di depan mata. Saya mengajak pihak lain yang memiliki kepedulian bersama untuk kolaborasi bersama,” kata Moeloko.
Sementara itu, FAO Representative Indonesia and Timor Leste, Rajendra K Aryal, menyampaikan regenerasi petani menjadi persoalan pertanian di Indonesia dan banyak negara. Karena itu, FAO melalui Technical Corporation Programme siap memberikan dukungan kepada Indonesia dan negara-negara lain untuk menjadikan pertanian lebih menarik bagi generasi muda.
“Indonesia sangat progresif dalam transformasi pangan dan saya sangat senang proyek ini menghasilkan kolaborasi dan membawa Indonesia selangkah lebih maju. Semoga kita bisa mendapat praktik baik dari Indonesia,” kata Rajendra K Aryal.