REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurs rupiah di awal perdagangan Rabu (10/1/2024) dibuka melemah seiring menurunnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
"Optimisme pelaku pasar berkurang terhadap penurunan suku bunga The Fed pada Maret karena data tenaga kerja AS yang masih kuat," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova di Jakarta.
Data ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls AS Desember 2023 naik 216 ribu, lebih tinggi dari survei ekonom yang sebesar 170 ribu. Rully memprediksi rupiah melemah di kisaran Rp 15.500 per dolar AS sampai dengan Rp 15.550 per dolar AS.
Pelemahan rupiah itu juga dikarenakan pasar menunggu dan mencermati data inflasi AS yang akan dirilis Kamis dan Jumat pekan ini, yang akan menjadi patokan arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Proyeksi CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa pasar memperkirakan penurunan suku bunga acuan AS paling cepat pada Maret 2024. Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan rilis data survei penjualan eceran, namun tidak akan berpengaruh signifikan pada kurs rupiah.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menurun sebesar 20 poin atau 0,13 persen menjadi Rp 15.540 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.520 per dolar AS.