Selasa 26 Dec 2023 17:20 WIB

Momen Natal, Harga Cabai Masuk Tren Menurun

Kondisi itu dipengaruhi mulai stabilnya pasokan maupun ketersediaan komoditas cabai.

Pedagang beraktivitas di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (16/12/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang beraktivitas di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (16/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpang) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menyatakan dalam beberapa hari terakhir pada periode Natal 2023 harga cabai cenderung mengalami penurunan.

"Penurunan tersebut berdasarkan perkembangan harga cabai selama tiga hari terakhir yakni 24-26 Desember 2023," kata Kepala Dishanpang Kalteng Riza Rahmadi dihubungi di Palangka Raya, Selasa (26/12/2023). 

Baca Juga

Dia menyebutkan, harga cabai di dua kota sampel inflasi Kalteng, yakni Palangka Raya dan Sampit, pada 24 Desember harga cabai rawit Rp 80.000-85.000, 25 Desember Rp 80.000, serta 26 Desember menjadi Rp 75.000-Rp 80.000 per kilogram.

"Kondisi harga cabai di daerah kita ini, sekarang sudah berada di bawah harga nasional untuk cabai rawit merah yakni Rp 84.154 per kilogram," ujarnya.

Riza menyampaikan, kondisi itu dipengaruhi mulai stabilnya pasokan maupun ketersediaan komoditas cabai, sehingga mempengaruhi harga jual di pasaran yang cenderung mengalami penurunan.

"Berdasarkan rekap data neraca pangan strategis kami, ketersediaan ragam cabai masih dalam kondisi surplus jika dibandingkan tingkat kebutuhan masyarakat," katanya lagi.

Untuk cabai rawit memiliki ketersediaan sekitar 77 ton dengan kebutuhan sebanyak 54 ton, sedangkan cabai besar ketersediaan sekitar 58 ton dengan kebutuhan sebanyak 32 ton. Lebih lanjut Riza memaparkan upaya pengendalian dan stabilisasi harga juga dilakukan terhadap berbagai komoditas pangan strategis lainnya di Kalteng.

"Seperti halnya beras, minyak goreng, gula, bawang merah, bawang putih dan lainnya. Berbagai upaya kami lakukan melalui pasar penyeimbang berupa Gerakan Pangan Murah menyasar berbagai daerah di Kalimantan Tengah," katanya.

Serupa dengan Kalteng, harga cabai merah di tingkat pedagang Pasar Tradisional Lambaro Aceh Besar mengalami penurunan menjadi Rp 25 ribu sampai Rp 28 ribu per kg dari harga sebelumnya Rp 55 ribu per kg karena pasokan yang melimpah.

"Sekarang harga cabai turun, sebab pasokan cabai merah tidak lagi hanya bergantung dari daerah Takengon melainkan juga didapatkan dari Sigli dan Tangse, sehingga pasokan melimpah," kata Pedagang Rempah di Pasar Lambaro, Ilham di Aceh Besar.

Ilham menyampaikan, meskipun pasokan cabai melimpah, tetapi tidak ada kenaikan daya beli menjelang natal dan tahun baru 2023. "Tidak ada kenaikan dibandingkan bulan Maulid bisa terjual 2-3 karung (isi 58 kg) sedangkan hari biasa hanya terjual sebanyak 50 kg saja," ujarnya.

Informasi, berdasarkan data rekapan terakhir Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh periode Januari-Oktober 2023, cabai Aceh mengalami surplus. Di mana, produksi cabai merah di Aceh mencapai sekitar 75.000 ton dan cabai rawit sekitar 60.000 ton. Di sisi lain kebutuhan cabai masyarakat sebanyak 19.268 ton per tahun. Maka dari itu Aceh dalam kategori surplus cabai.

Sementara itu, pedagang lainnya di Pasar Lambaro, Mustafa menyampaikan komoditas pangan yang turun lainnya adalah cabai rawit menjadi Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu per kg dari sebelumnya Rp 50 ribu per kg. Kemudian, harga cabai hijau disebutkannya masih normal di angka Rp 20 ribu per kg, begitu pula tomat juga tidak mengalami kenaikan, masih dijual Rp 12 ribu sampai Rp 14 ribu per kg.

"Lalu, Bawang putih juga naik dari sebelumnya Rp 35 ribu menjadi Rp 38 ribu per kg. Penyebab kenaikannya karena bawang dari lokal tidak banyak, saat ini pasokan bawang bersumber dari Medan," ungkap Mustafa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement