Senin 18 Dec 2023 18:17 WIB

Indonesia Dapat Dukungan Jepang untuk 24 Proyek Transisi Energi

Kesepakatan ini wadahi suara RI yang dorong pengakuan berbagai jalan transisi energi.

Presiden Jokowi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT AZEC) di Main Hall Kantor PM Jepang, Tokyo, Senin (18/12/2023).
Foto: Dok Laily Rachev - Biro Pers
Presiden Jokowi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT AZEC) di Main Hall Kantor PM Jepang, Tokyo, Senin (18/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mendapat dukungan Jepang untuk 24 proyek transisi energi, sebagai hasil konkret dari KTT Asia Zero Emission Community (AZEC) yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang, pada Senin (18/12/2023).

"Sebagai deliverables, terdapat 69 kerja sama transisi energi dalam kerangka AZEC di mana 24 di antaranya adalah proyek transisi energi untuk Indonesia atau antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan Jepang," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi ketika menyampaikan keterangan pers secara daring, usai mendampingi Presiden Joko Widodo dalam KTT AZEC.

Baca Juga

Proyek-proyek transisi energi yang mendapat dukungan Jepang merupakan kerja sama dengan sejumlah pihak, antara lain dengan PT PLN (Persero), dengan PPT Energy Trading Co Ltd, dengan Pupuk Indonesia, dan dengan Otorita IKN. Sementara bidang kerja sama yang dicakup dari 24 MoU antara Indonesia dengan Jepang antara lain meliputi pelatihan untuk mempromosikan transisi energi, waste to energy, dekarbonisasi, pengembangan transmisi listrik, geothermal, serta green ammonia.

AZEC sendiri adalah platform kerja sama untuk mendorong pencapaian emisi nol bersih di kawasan, di mana Indonesia merupakan co-initiator bersama dengan Jepang. Negara peserta AZEC selain Indonesia dan Jepang adalah Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

KTT AZEC menghasilkan Leaders’ Joint Statement yang berisi antara lain komitmen memenuhi Paris Agreement yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi dan perlunya pendekatan yang dibuat sesuai kebutuhan dan kondisi setiap negara menuju dekarbonisasi. Kemudian di dalam Pernyataan Bersama tersebut juga ditegaskan pengakuan berbagai macam teknologi dan inovasi untuk mempercepat transisi energi termasuk melalui CCS dan CCUS, pemanfaatan LNG sebagai bahan bakar transisi, promosi elektrifikasi, dan dekarbonisasi sektor transportasi, serta menggarisbawahi pentingnya meningkatkan pendanaan transisi melalui AZEC termasuk melalui promosi implementasi perdagangan karbon di kawasan.

"Bagi Indonesia, kesepakatan yang dicapai dalam KTT AZEC ini telah turut mengakomodasi suara Indonesia yang secara konsisten terus mendorong pengakuan berbagai jalan dan teknologi menuju transisi energi," ungkap Retno.

KTT AZEC juga menegaskan pentingnya meningkatkan mekanisme pendanaan untuk menutup kesenjangan pembiayaan di negara berkembang, serta perlunya pengembangan aksesibilitas dan keterjangkauan rantai pasok energi di kawasan.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement