REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah memperkirakan tingkat inflasi pada Desember 2023 akan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Secara siklus memang pada bulan Desember naik, karena ada event Natal dan tahun baru, jadi secara siklus inflasi kita di akhir tahun kecenderungan naik, terutama pada produk yang sifatnya bahan pangan,” kata Piter di Kantor Pusat Bank Jago, Jakarta, Selasa (5/12/2023).
Pemerintah pun diminta mewaspadai inflasi pangan terutama karena Indonesia baru mengalami badai El Nino yang dapat mengurangi pasokan bahan pangan. Di samping itu, pemerintah juga diminta mewaspadai inflasi karena peningkatan permintaan di tengah penyelenggaraan kampanye menuju pemilihan umum pada 2024.
Adapun bantuan sosial (bansos) yang akan digelontorkan oleh pemerintah dinilai tidak dapat secara signifikan mengatasi inflasi, tapi bisa mengurangi dampak inflasi terhadap daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.
“Bansos itu berfungsi mengatasi beban masyarakat, khususnya masyarakat bawah, ketika inflasi menghantam atau menggerus daya beli mereka,” katanya.
Di samping itu, pemerintah juga diminta untuk memastikan bahwa bansos terdistribusi dengan baik dan tepat sasaran.
“Tantangan dari bansos itu adalah penyelesaian pendistribusiannya agar tepat sasaran. Ini banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan pemerintah,” kata Piter.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada November 2023 sebesar 2,86 persen secara tahunan atau lebih tinggi dari 2,56 persen secara tahunan pada bulan sebelumnya. Inflasi tersebut tercatat masih berada di kisaran perkiraan pemerintah yang sebesar 3 plus minus 1 persen pada 2023.
Bank Indonesia menyebut inflasi terjaga sebagai hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi antara BI dan pemerintah pusat serta pemerintah daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah.