Selasa 28 Nov 2023 17:06 WIB

Agar Boikot tak Salah Sasaran, Apindo akan Keluarkan Daftar Produk Pro Israel

MUI sudah mengeluarkan fatwa haram membeli produk yang mendukung Israel.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
 Tampilan logo Unilever, dipajang di luar kantor pusat PT Unilever Indonesia Tbk. di Tangerang, Indonesia, Selasa, 16 November 2021.
Foto: AP/Tatan Syuflana
Tampilan logo Unilever, dipajang di luar kantor pusat PT Unilever Indonesia Tbk. di Tangerang, Indonesia, Selasa, 16 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berencana merilis daftar produk perusahaan yang terafiliasi atau pro Israel. Dipastikan, paling lama pekan depan daftar tersebut sudah dikeluarkan.

Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menegaskan, saat ini belum ada kementerian atau lembaga di Tanah air yang meluncurkan daftar resmi produk pro Israel. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang sudah mengeluarkan fatwa haram membeli produk yang mendukung Israel pun tidak menerbitkan daftar tersebut.

Baca Juga

"Yang lucunya produk-produk buatan Indonesia sendiri itu bisa dianggap sebagai produk berkaitan Israel. Itu nggak ada kaitannya sama sekali, jadi yang coba kami lakukan adalah meluruskan banyak sekali informasi yang salah di tengah masyarakat," kata Shinta kepada wartawan di Jakarta, Selasa (28/11/2023).

Kesalahan informasi tersebut, kata dia, perlu diluruskan karena sudah berdampak terhadap penjualan produk bersangkutan. Hanya saja ia tidak menyebutkan lebih rinci angka penurunannya karena kini datanya masih dalam proses.

Ia melanjutkan, Apindo khawatir akan berdampak ke pengurangan karyawan atau PHK jika aksi boikot yang salah terus dilakukan. "Kita sekarang mau cari data yang tepat, agar tahu masing-masing perusahaan apa betul produknya berkaitan dengan Israel, kenyataannya produk Indonesia yang dirugikan," jelas dia.

Shinta mencontohkan, salah satu anggotanya yang dituduh terafiliasi dengan Israel, yakni PT Unilever Indonesia. Padahal, sambungnya, emiten berkode UNVR itu telah lama berbisnis di dalam negeri dan tidak memiliki hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan Israel.

"Unilever misalnya, kalau kena boikot, pekerja dan petaninya dari Indonesia. Jadi dampak (boikot) ke Indonesia jauh, kasihan konsumen yang enggak ngerti," tutur Shinta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement