REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior sekaligus mantan menteri keuangan Chatib Basri memprediksi akan ada uang senilai triliunan rupiah yang bergulir saat pelaksanaan pemilihan umum (pemilu). Hal ini bisa berdampak positif pada ekonomi Indonesia.
Menurutnya, berdasarkan perhitungan jika setiap partai politik mengirimkan saksi ke seluruh tempat pemungutan suara (TPS) di Indonesia yang berjumlah 800 ribu lebih. Setiap saksi itu, tentunya diberi akomodasi uang oleh partai pengirim.
"Kalau katakanlah satu orang dalam satu hari Rp 100 ribu, tiga kali makan, ada tiga orang kali 800 ribu TPS, pada hari itu untuk satu partai saja pengeluarannya butuh sekitar Rp 240 miliar," kata Chatib dalam kegiatan BTPN Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Kemudian, menurutnya jika ada 10 partai yang mengirim para saksi itu ke TPS, maka uang yang bergulir dalam satu hari pelaksanaan pemilu tersebut totalnya bisa mencapai Rp 2,4 triliun.
Chatib mengatakan fenomena itu disebut sebagai spending effect, di mana uang itu muncul dari berbagai belanja yang dikeluarkan oleh partai politik peserta pemilu. Belum lagi, kata dia, hal tersebut juga terjadi selama periode kampanye sebelumnya.
Dengan begitu, dia menilai gelaran pemilu itu bisa berdampak positif dan mengembalikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,9 persen pada kuartal ketiga menjadi di atas 5 persen.
"Jadi saya melihat bahwa efek terhadap pertumbuhannya itu positif ya," ujar Chatib.
Di samping itu, Chatib juga menilai proses pemindahan kekuasaan yang akan terjadi pada 2024 di Indonesia itu tidak termasuk ke dalam tantangan dan risiko tinggi bagi ekonomi Tanah Air. Sebab, menurutnya tantangan ekonomi dari kebijakan dagang negara lain serta kondisi geopolitik itu lebih berpengaruh dibandingkan dengan tantangan pelaksanaan pemilu.