Rabu 22 Nov 2023 08:36 WIB

PLN Mampu Produksi Green Hydrogen dengan Cepat, Ini Inovasi yang Dilakukan

Produksi 'green hydrogen' PLN kini tersebar di seluruh Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi (dua dari kanan) bersama Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (dua dari kiri), Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra (kiri), dan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Eniya Listiani Dewi (kanan) saat meresmikan beroperasinya 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) tersebar di seluruh Indonesia, Senin (20/11/2023), di pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta.
Foto: Dok. PLN
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi (dua dari kanan) bersama Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (dua dari kiri), Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra (kiri), dan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Eniya Listiani Dewi (kanan) saat meresmikan beroperasinya 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) tersebar di seluruh Indonesia, Senin (20/11/2023), di pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PLN kini mampu memproduksi 199 ton hidrogen hijau (green hydrogen). Hidrogen tersebut diproduksi melalui 21 Green Hydrogen Plant (GHP) yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, akselerasi GHP ini merupakan hasil inovasi yang terus dilakukan PLN dalam menghadirkan energi alternatif yang ramah lingkungan untuk menjawab tantangan transisi energi.

Baca Juga

“Ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi bersama Kementerian ESDM dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Karya Inovasi ini kami lakukan dalam menjawab transisi energi. Memaksimalkan existing facility yang ada di pembangkit-pembangkit thermal kami, kemudian kami lakukan inovasi dengan memanfaatkan 100 persen EBT menjadi green hydrogen,” tegas Darmawan, dalam keterangan tertulis, Rabu (22/11/2023).

Darmawan menambahkan, pembangkit-pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) atau pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN sudah memiliki hydrogen plant dengan electrolyzer. Alat tersebut digunakan untuk memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan generator pembangkit listrik. 

Dari 21 unit hydrogen plant tersebut dapat menghasilkan 199 ton per tahun, namun hanya 75 ton per tahun yang digunakan untuk kebutuhan pendinginan generator pembangkit listrik. 

“Kami melihat ada peluang untuk memanfaatkan hydrogen ini sebagai value creation yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis kami, sekaligus mendukung transisi energi,” ucap Darmawan.

Melihat potensi yang ada, pihaknya melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang terpasang di kawasan pembangkit PLN ditambah dengan Renewable Energy Certificate (REC) dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia. Dengan cara tersebut, maka pihaknya dapat memproduksi 100 persen hidrogen hijau.

“Dengan inovasi tersebut, selain untuk pendingin generator pembangkit, green hydrogen kini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit, hingga untuk Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV),” ucap Darmawan.

Dirinya menambahkan, untuk mengembangkan rantai pasok green hydrogen di Indonesia, PLN juga tengah mengembangkan infrastruktur hydrogen refueling station (HRS) yang nantinya akan digunakan untuk pengisian daya FCEV. 

Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menambahkan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan HRS sebagai pilot project di daerah Senayan, Jakarta. 

"Ini akan menjadi hydrogen refueling station pertama di Indonesia. Ini juga akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan yaitu mobil hidrogen," kata Edwin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement