REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Jasa Marga Tbk (Persero) memproyeksi lalu lintas kendaraan pada musim liburan Natal dan Tahun Baru 2024 bakal lebih padat dari tahun lalu. Sejumlah antisipasi mulai disiapkan untuk mengurai kemacetan yang kemungkinan terjadi selama masa liburan.
“Informasinya akan ada pergerakan cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya. Jadi mirip seperti Lebaran walau secara total tidak sehebat Lebaran, tapi pergerakan tahun ini akan lebih tinggi dari Nataru tahun lalu,” kata Corporate Communication & Community Development Group Head, Jasa Marga, Lisye Octaviana di Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Lisye belum bisa menjelaskan lebih detail ihwal proyeksi kenaikan lalu lintas kendaraan pada Nataru 2024. Jasa Marga masih terus berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan juga Kors Lalu Lintas (Korlantas) untuk mekanisme pengaturan lalu lintas pada libur akhir tahun nanti.
Selain adanya arus mudik, pada momen Nataru juga seringkali dipakai seluruh masyarakat untuk berlibur jelang pergantian tahun. Ada titik-titik tertentu yang harus dipantau secara berkala agar lalu lintas menuju tempat wisata tetap lancar dan aman.
“Pergerakan lebaran itu kan ke luar Jakarta, baik ke arah timur atau Trans Jawa, Selatan ke Bogor, dan Barat ke Merak. Kalau Nataru ada satu tren, ke tempat wisata itu yang harus diantisipasi,” katanya.
Lisye mengatakan, Jasa Marga juga mendiskusikan target rata-rata kecepatan lalu lintas tol selama momentum Nataru. Berkaca dari yang sebelumnya, rerata kecepatan 40 kilometer per jam sudah dianggap cukup ideal untuk lalu lintas padat. Sementara lalu lintas lancar pada kisaran 60-80 kilometer per jam.
“Apakah itu akan dipalai kembali? Tentu itu akan kami evaluasi bersama,” ujar dia.
Adapun, rekayasa lalu lintas yang kemungkinan diterapkan bila terjadi penumpukan kendaraan lebih dari 80 persen dipastikan akan dilakukan sistem contraflow bahkan sistem satu arah. Hanya saja, seluruh rekayasa akan dilakukan sesuai persetujuan dari Korlantas.
Selain pengendalian kapasitas jalan, Lisye mengatakan juga kembali diusulkan pembatasan angkutan logistik atau barang. Sebab, berdasarkan hasil evaluasi dari hari-hari besar keagamaan lainnya, kebijakan itu cukup mengurangi kemacetan signifikan.
“Kita lihat kemarin di Lebaran itu cukup efektif. Memang yang menjadi catatan adalah sosialisasinya bagaimana itu bisa diinformasikan jauh-jauh hari untuk pengusaha logistik,” ujarnya.