Selasa 14 Nov 2023 22:24 WIB

Indef: Transisi Energi Tingkatkan Produktivitas Ekonomi

PDB akan naik sebesar 0,075 persen jika ada peningkatan konsumsi EBT.

Aktivis lingkungan hidup memegang plakat saat unjuk rasa Power Up di luar gedung KPU di Jakarta, Indonesia, 03 November 2023. Puluhan aktivis menggelar unjuk rasa menuntut komitmen calon presiden untuk memberikan solusi terhadap isu iklim dan transisi energi. Indonesia diperkirakan akan meningkatkan pembangkitan energi terbarukan hingga 44 persen pada tahun 2030 melalui kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP).
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Aktivis lingkungan hidup memegang plakat saat unjuk rasa Power Up di luar gedung KPU di Jakarta, Indonesia, 03 November 2023. Puluhan aktivis menggelar unjuk rasa menuntut komitmen calon presiden untuk memberikan solusi terhadap isu iklim dan transisi energi. Indonesia diperkirakan akan meningkatkan pembangkitan energi terbarukan hingga 44 persen pada tahun 2030 melalui kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan bahwa transisi menuju energi baru terbarukan (EBT) dapat meningkatkan produktivitas ekonomi khususnya pada sektor pengguna jasa rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC).

"Berdasarkan hasil analisis model computable general equilibrium (CGE), transisi energi sebenarnya dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan indikator makro lainnya," kata Ahmad dalam diskusi publik virtual di Jakarta, Selasa (14/11/2023).

Baca Juga

Hasil analisis yang dilakukan Indef menunjukkan bahwa penurunan konsumsi energi beremisi karbon yang diiringi dengan peningkatan konsumsi EBT pada sektor pengguna EPC akan berdampak positif terhadap kinerja makro ekonomi.

Dengan menerapkan skenario tersebut, menurut proyeksi Indef, maka pertumbuhan PDB akan naik sebesar 0,075 persen dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga naik 0,0283 persen. Selain itu, pertumbuhan investasi agregat (PMTB) juga akan meningkat 0,295 persen.

 

"Mungkin kita selama ini memandang bahwa transisi energi itu masih berbiaya tinggi atau investasinya mahal, belum berani ada yang memulai, tetapi ternyata secara hitung-hitungan modal ekonomi dengan menggunakan data input-output, ini bisa meningkatkan produktivitas dan bisa meningkatkan output," kata Ahmad.

Pertumbuhan output pada sektor pengguna EPC juga akan berdampak positif apabila transisi disertai dengan peningkatan konsumsi EBT. Industri batu bara dan kilang migas menjadi industri dengan perkiraan kenaikan output tertinggi sebesar 1,139 persen dan diikuti oleh industri kenetagalistrikan sebesar 0,865 persen.

Ahmad memandang bahwa peluang pasar akan terbuka lebih besar apabila transisi energi terwujud, terutama pada industri manufaktur. Hal tersebut dikarenakan negara mitra menginginkan produk industri yang mengedepankan keberlanjutan.

Dia menilai, daya saing produk-produk ekspor justru akan semakin berkurang jika Indonesia terlambat atau cukup lama dalam melakukan transisi energi. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk mempercepat transisi energi pada sektor industri manufaktur.

"Tetapi kalau kita sesegera mungkin melakukan transisi energi, khususnya dalam sektor industri yang diawali dengan rancang bangun ideal dalam penerapan transisi energi, ini diharapkan kita akan semakin diterima dalam perdagangan internasional sehingga produk-produk ekspor kita juga tetap bisa kompetitif," kata Ahmad.

sumber : ANTARA

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement