Senin 13 Nov 2023 23:45 WIB

BI Prediksi Ekonomi RI 2023 Tumbuh 5,01 Persen

Hal itu ditopang permintaan domestik sebab gaji ASN naik, pemilu, dan pembangunan IKN

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan sambutan pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 tahun 2023, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan sambutan pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 tahun 2023, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (26/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 5,01 persen dalam anggaran tahunan BI (ATBI) 2023.

"Pertumbuhan ekonomi tahun ini kami perkirakan 4,5 persen sampai 5,3 persen. Perkiraan kami masih bisa diasumsi prognosa ATBI adalah 5,01 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Senin (13/11/2023).

Baca Juga

Menurut Perry, ekonomi Indonesia pada 2023 tumbuh dengan baik dan berdaya, salah satunya berkat sinergi dan koordinasi kebijakan pemerintah dan BI dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan dari dampak negatif gejolak global.

Pertumbuhan ekonomi pada level 5 persen diperkirakan masih bertahan pada tahun depan, seiring dengan kondisi permintaan domestik yang didorong oleh kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sementara itu, prognosa inflasi ATBI 2023 mematok level 2,84 persen, tetap berada pada sasaran BI, yaitu 3 plus minus 1 persen.

Perry menjelaskan inflasi turun dan terkendali lebih cepat dari perkiraan, di mana pada akhir kuartal III-2023 inflasi tercatat sebesar 2,28 persen. Sedangkan inflasi pada Oktober atau awal kuartal IV tercatat sebesar 2,56 persen.

Inflasi pada tahun depan diperkirakan tetap terjaga pada sasaran 2,5 plus minus 1 persen, di mana rencana ATBI 2024 mematok proyeksi inflasi pada level 3,20 persen.

Gubernur BI menjelaskan upaya pengendalian inflasi menekankan konsistensi kebijakan moneter serta sinergi erat antara BI dan pemerintah, baik pusat maupun daerah, melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

Hal itu dilakukan dengan menguatkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Adapun nilai tukar rupiah pada akhir 2023 diperkirakan berada pada level Rp15.280, lebih rendah dibanding prakiraan awal ATBI 2023 sebesar Rp15.070 akibat peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Meski begitu, kinerja nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global.

Sementara ke depan, Perry memperkirakan kondisi keuangan global akan berangsur-angsur membaik dan berpengaruh pada meningkatnya kinerja rupiah, sehingga BI mematok nilai tukar rupiah pada 2024 sebesar Rp15.510.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement