REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan boycott, divestment, sanctions (BDS) atau boikot, divestasi, sanksi adalah gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin Palestina. BDS menjunjung tinggi prinsip sederhana bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya.
Situs resmi BDS mengungkapkan delapan produk yang terafiliasi atau mendukung Israel. Sehubungan dengan itu, BDS mengajak memboikot perusahaan Israel dan internasional yang terlibat dalam tindakan pelanggaran hak-hak Palestina.
Salah satu produk atau perusahaan yang menjadi target boikot adalah Nestle yang merupakan perusahaan makanan dan minuman multinasional yang berkantor pusat di Swiss. Perusahaan ini didirikan pada 1866 oleh Henri Nestlé. Awalnya, perusahaan menciptakan sebuah produk makanan terobosan untuk bayi pada 1867, dan pada 1905 perusahaan yang didirikannya bergabung dengan Anglo-Swiss, untuk membentuk yang sekarang ini dikenal sebagai Grup Nestlé.
Nestle sendiri merupakan perusahaan makanan dan minuman multinasional Swiss yang memiliki 53,8 persen dari produsen makanan Israel terkemuka, Osem. Nestle juga diketahui memiliki beberapa pabrik di Israel.
Namun, pada pertengahan Oktober lalu Nestle mengumumkan menutup sementara pabrik di Israel. Dikutip dari Reuters, Chief Executive Nestle Mark Schneider, mengatakan perusahaan mengambil kebijakan menutup pabrik karena pertimbangan keamanan.
Bergerak cepat, parlemen Turki...