Rabu 08 Nov 2023 09:37 WIB

Cadev Menyusut, IHSG Kembali Terseret ke Zona Negatif

Cadangan devisa nasional pada Oktober 2023 turun menjadi 133,1 miliar dolar AS.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terseret ke zona negatif pada perdagangan Rabu (8/11/2023). IHSG dibuka turun dan merosot lebih dari setengah persen hingga nyaris meninggalkan level psikologis 6.800.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan indeks masih berpotensi tertekan sepanjang perdagangan hari ini. "Hari ini IHSG diprediksi bergerak mixed cenderung melemah terbatas," kata Ratih.

Baca Juga

Ratih melihat sentimen dari dalam negeri cukup mempengaruhi pergerakan IHSG. Bank Indonesia mencatat Cadangan Devisa (Cadev) nasional pada Oktober 2023 turun menjadi 133,1 miliar dolar AS.

Posisi Cadev melandai diakibatkan intervensi stabilisasi nilai tukar rupiah dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Secara keseluruhan, Cadev Indonesia setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah, serta masih di atas kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Dari mancanegara, Indeks Harga Produsen/Producer Prices Index (PPI) secara tahunan di kawasan Eropa pada September 2023 terkoreksi 12,4 persen, melanjutkan penurunan pada bulan sebelumnya sebesar 11,5 persen. Turunnya PPI sejalan dengan terkoreksinya harga input produksi.

Dari Asia, neraca perdagangan China pada Oktober 2023 tercatat surplus 56,53 miliar dolar AS, namun masih lebih rendah dari surplus bulan sebelumnya sebesar 77,71 miliar dolar AS. Ini menjadi surplus terendah sejak Februari 2023.

Nilai ekspor terkoreksi 6,4 persen dan impor terakselerasi tiga persen secara tahunan. Impor yang mengalami lonjakan menjadi cerminan pulihnya ekonomi China seiring dengan stimulus yang diberikan pemerintah untuk mendorong konsumsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement