REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan menilai penguatan sektor pangan di Tanah Air perlu diprioritaskan untuk menjaga perekonomian agar tetap tumbuh positif.
"Kondisi sektor pertanian yang tumbuh melambat pada kuartal III 2023 ini perlu menjadi perhatian dengan memprioritaskan upaya penguatan pangan," ujar Fajar ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Ia menjelaskan, sektor pertanian di Indonesia tumbuh melambat sebesar 1,46 persen dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,57 persen pada kuartal III 2023.
Fajar mengatakan, perlambatan tersebut disebabkan kondisi el nino yang berdampak pada menurunnya produksi pangan.
Secara global, lanjut Fajar, rantai pasokan pangan yang sebelumnya terganggu akibat perang Rusia-Ukraina berpotensi lebih terganggu lagi jika perang antara Israel dan Hamas semakin meluas.
Oleh sebab itu, penguatan pangan nasional perlu menjadi perhatian pemerintah dengan memastikan produksi komoditas utama pangan di lokasi-lokasi lumbung pangan berjalan lancar.
"Kita sangat bersyukur hujan sudah mulai turun sehingga mudah-mudahan ladang atau kawasan produksi pangan bisa berproduksi," kata Fajar.
Fajar menyebutkan salah satu komoditi utama yang perlu dipastikan tetap tersedia secara memadai yaitu beras, yang berkontribusi besar terhadap inflasi.
Jika harga beras tidak terkendali, maka akan berdampak pada meningkatnya inflasi serta menurunnya daya beli masyarakat. Ia menambahkan, dalam konteks ini, alokasi anggaran untuk bantuan pangan atau uang tunai juga tetap perlu diberikan bagi masyarakat tidak mampu.
"Stok bahan pangan harus dipastikan tersedia, termasuk opsi impor untuk stabilisasi harga juga jangan sampai dihalang-halangi," ujar Fajar.